Dalam tradisi Islam, hari raya seperti Idulfitri dan Iduladha bukanlah waktu untuk bermain-main tetapi sebagai momen untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Menurut ulama terkemuka Syaikh Dr Shalih Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, puasa pada hari Lebaran adalah haram karena bertentangan dengan perintah Allah SWT yang menjadikan hari tersebut sebagai hari syukur dan kebahagiaan. Artikel ini akan membahas secara detail latar belakang serta pentingnya ibadah di hari-hari besar Islam.
Berawal dari kota Madinah, Nabi SAW mengganti tradisi dua hari raya yang dulunya digunakan untuk bermain-main menjadi hari zikir dan bersyukur, yakni Idulfitri dan Iduladha. Dalam kitab "Al-Khuthab Al-Minbariyah", disebutkan bahwa kaum Muslim memiliki tiga hari raya penting. Pertama, hari Jumat yang merupakan hari istimewa setiap minggu dengan salat Jumat sebagai bentuk penghormatan kepada penciptaan manusia. Kedua, Idulfitri yang datang setelah bulan Ramadan, dimana umat Islam berkumpul dengan penuh rasa syukur sambil melaksanakan salat Idulfitri. Ketiga, Iduladha yang dilakukan setelah menyelesaikan ibadah haji.
Syaikh Dr Shalih Fauzan menekankan pentingnya melaksanakan salat Id di lapangan luas dekat pemukiman penduduk, sebagaimana contoh Nabi SAW. Hal ini mencerminkan keagungan syiar Islam yang harus dijunjung tinggi oleh setiap umat Muslim.
Dari perspektif jurnalistik, artikel ini memberikan wawasan tentang pentingnya memahami makna sebenarnya dari hari raya dalam Islam. Bukan hanya sebagai hari libur atau kesempatan untuk bersenang-senang, namun juga sebagai momen spiritual untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Pemahaman ini dapat membantu kita memperkaya nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.