Kinerja pasar saham Indonesia pada awal pekan mengalami penurunan signifikan, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencatat pelemahan sebesar 0,67%. Situasi ini terjadi setelah perdagangan akhir pekan lalu juga menunjukkan tren koreksi. Dalam sesi perdagangan tersebut, volume transaksi mencapai Rp 9,74 triliun dengan lebih dari 19 miliar saham yang berpindah tangan melalui hampir satu juta kali transaksi. Meskipun demikian, investor asing tampaknya masih tertarik pada sektor pertambangan logam mulia di Tanah Air.
Peningkatan harga emas global menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi arus modal asing di pasar modal Indonesia. Logam kuning ini berhasil mencapai rekor tertinggi di atas US$ 3.000 per troy ons karena ketidakpastian ekonomi global yang semakin meningkat. Para pelaku pasar cenderung beralih ke instrumen investasi berisiko rendah seperti emas sebagai bentuk perlindungan terhadap volatilitas pasar. Di Indonesia, sejumlah emiten yang bergerak di sektor tambang emas menjadi incaran utama para investor asing, dengan beberapa nama unggulan seperti PSAB, RATU, dan MDKA mendapatkan dana masuk bersih dalam jumlah besar.
Pertumbuhan permintaan global terhadap emas telah membawa dampak positif bagi perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia. Lonjakan harga emas ini tidak hanya disebabkan oleh ketegangan geopolitik tetapi juga oleh kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dunia. Sejarah menunjukkan bahwa saat kondisi ekonomi global sedang goncang, seperti selama krisis keuangan 2008 atau pandemi Covid-19, emas sering kali menjadi safe haven bagi investor. Fenomena ini memberikan kesempatan bagi sektor pertambangan Indonesia untuk meningkatkan daya tariknya di mata pelaku pasar internasional. Kepercayaan investor asing pada potensi sektor tambang Indonesia dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.