Sebuah penemuan menarik dari Universitas Toronto mengungkap bahwa status sosial seseorang dapat tercermin melalui wajahnya. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan terhadap foto-foto hitam putih yang menampilkan ekspresi netral tanpa aksesori apapun. Sebanyak 160 subjek, terdiri dari pria dan wanita, menjadi fokus penelitian ini, di mana separuhnya berasal dari kalangan berkecukupan dan sisanya dari kelas pekerja. Ketika ditunjukkan kepada kelompok lain untuk menebak latar belakang sosial mereka, lebih dari dua pertiga berhasil menjawab dengan benar, meskipun tidak menyadari alasan di balik keberhasilan tersebut.

Pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa ciri-ciri tertentu pada wajah, seperti area sekitar mata dan mulut, menjadi indikator kuat dalam membaca status sosial seseorang. Menurut hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, individu dengan kondisi finansial stabil cenderung menunjukkan ekspresi yang lebih bahagia dan santai dibandingkan mereka yang hidup dalam tekanan ekonomi. Faktor psikologis ini diyakini memengaruhi pola emosi yang tercermin dalam bentuk fisik wajah secara subtil namun signifikan.

Penelitian ini juga menyoroti dampak negatif dari stereotip berdasarkan wajah seseorang. Salah satu ahli yang terlibat, Nicholas O. Rule, menegaskan bahwa persepsi semacam ini dapat memperburuk siklus kemiskinan. Pengambilan kesimpulan yang terlalu cepat mengenai status sosial seseorang hanya dari tampilan luarnya bisa menciptakan bias sosial yang merugikan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih waspada dan bijaksana dalam membuat asumsi terhadap orang lain. Studi ini menunjukkan bahwa pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi wajah dapat membantu kita menuju dunia yang lebih inklusif dan adil.