Dua raksasa minimarket di Indonesia, Alfamart dan Indomaret, telah mendominasi pasar ritel dengan jumlah gerai yang mencapai puluhan ribu. Meskipun tampak serupa, keduanya memiliki sejarah dan kepemilikan yang berbeda. Djoko Susanto adalah otak di balik perkembangan Alfamart, sementara Indomaret dikuasai oleh Grup Salim melalui perusahaan induknya.
Sejak didirikan pada tahun 1980-an, kedua jaringan ini terus berkembang pesat. Djoko berhasil membawa Alfamart ke bursa saham pada 2009, sementara Indomaret tetap menjadi bagian dari Grup Salim. Kedua pemilik utama ini juga masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes, dengan Anthony Salim menempati posisi kelima dan Djoko Susanto di urutan ke-12.
Djoko Susanto memulai karier bisnisnya dengan mendirikan sebuah perusahaan dagang produk pada tahun 1989. Setelah menjual mayoritas saham kepada PT HM Sampoerna Tbk., ia melanjutkan pengembangan minimarket yang akhirnya berganti nama menjadi Alfamart pada tahun 2002. Pada 2009, Djoko membawa Alfamart melantai di Bursa Efek Indonesia dengan lebih dari 3.300 gerai.
Berkat strategi ekspansi yang cemerlang, Djoko berhasil memasuki daftar 40 orang terkaya di Indonesia versi Forbes pada tahun 2011. Saat ini, dia mengendalikan Alfamart melalui PT Sigmantara Alfindo yang memiliki sekitar 53% saham. Djoko juga melibatkan kedua anaknya sebagai komisaris. Berdasarkan data terbaru, total kekayaannya mencapai US$ 4,35 miliar atau setara Rp 70,68 triliun, naik signifikan dibandingkan tahun 2021.
Dengan dukungan dari tim manajemen yang solid, Djoko terus memperluas jaringan Alfamart hingga saat ini. Pengaruhnya tidak hanya terbatas pada dunia ritel, namun juga merambah ke sektor lain yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Indomaret, yang didirikan pada tahun 1988, telah berkembang menjadi salah satu jaringan minimarket terbesar di Indonesia. Perusahaan ini merupakan bagian dari Grup Salim melalui afiliasi dengan Indoritel Makmur Internasional (DNET). Dengan kepemilikan sekitar 40%, Grup Salim menjadi pemegang saham terbesar di Indomaret.
Selain Indomaret, DNET juga memiliki saham di berbagai perusahaan ritel seperti Fast Food Indonesia dan Nippon Indosari Corpindo, produsen roti Sari Roti. Anthoni Salim, melalui Hannawell Group dan kepemilikan pribadinya, menguasai sekitar 50% saham DNET. Meskipun Indomaret bukan kontributor utama kekayaan Salim, usaha ini tetap menjadi salah satu aset strategis grup tersebut.
Anthony Salim dan keluarganya masuk dalam daftar lima orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih US$ 10,3 miliar atau setara Rp 167,36 triliun. Selain Indomaret, Salim juga memiliki portofolio bisnis yang luas, termasuk PT Indofood Sukses Makmur dan PT Bogasari Flour Mills. Produk-produk seperti Indomie, tepung terigu Bogasari, dan susu Indomilk menjadi simbol keberhasilan bisnisnya.
Keberhasilan Grup Salim dalam membangun kerajaan ritel dan konsumsi ini menunjukkan visi jauh ke depan serta kemampuan adaptasi yang luar biasa dalam menghadapi dinamika pasar modern.