Setelah menjalani ibadah puasa selama 29 hari, umat Islam Indonesia akan segera mengetahui tanggal pasti perayaan Lebaran 2025. Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) telah merencanakan sidang isbat untuk menetapkan awal bulan Syawal 1446 H pada 29 Maret 2025. Sidang ini menggabungkan metode hisab dan rukyat sebagai dasar penetapan hari raya.
Sidang isbat yang dijadwalkan berlangsung pada Sabtu malam tersebut juga akan dihadiri oleh para ahli astronomi, duta besar negara sahabat, serta organisasi keagamaan. Hasil akhir dari sidang ini akan diumumkan langsung kepada publik melalui konferensi pers yang dipimpin oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.
Kemenag telah melakukan persiapan matang untuk proses sidang isbat yang akan menentukan awal bulan Syawal tahun ini. Direktur Jenderal Bimas Islam Abu Rokhmad menyampaikan bahwa sidang akan digelar sesuai dengan tradisi penanggalan Islam yang telah lama diterapkan.
Dalam rangka memastikan hasil yang akurat, pihak Kemenag menggunakan kombinasi metode hisab dan rukyat. Data hisab mengindikasikan bahwa konjungsi bulan terjadi pada pukul 17.57 WIB pada 29 Maret 2025. Selain itu, rukyat dilakukan di 33 titik pengamatan di seluruh Indonesia, kecuali di Bali karena suasana Nyepi. Proses ini bertujuan untuk memverifikasi data astronomi secara langsung dan memastikan konsistensi antara teori dan praktik lapangan.
Sidang isbat tidak hanya menjadi acara formal tetapi juga ajang silaturahmi antara pemerintah dan berbagai pihak terkait. Dalam sidang ini, para ilmuwan falak dan tokoh agama berkumpul untuk membahas posisi hilal dan memberikan masukan berdasarkan pengamatan mereka. Semua data dikumpulkan dan dianalisis secara komprehensif sebelum diumumkan kepada publik. Persiapan ini mencakup undangan kepada perwakilan duta besar negara sahabat, lembaga penelitian seperti LAPAN, BMKG, BRIN, serta Planetarium Bosscha.
Metode hisab dan rukyat memiliki signifikansi penting dalam sistem penanggalan Islam di Indonesia. Proses ini bukan hanya soal teknis tetapi juga sarat nilai spiritual yang melekat pada tradisi umat Islam. Abu Rokhmad menegaskan bahwa pelaksanaan rukyat adalah bentuk penghormatan terhadap sunah Nabi Muhammad SAW.
Rukyat dianggap sebagai bagian integral dari syiar Islam, yang mengajarkan pentingnya keseimbangan antara ilmu pengetahuan modern dan ajaran agama. Melalui proses ini, umat Islam dapat memastikan bahwa setiap perayaan besar seperti Lebaran diselenggarakan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang telah ditetapkan.
Untuk meningkatkan akurasi, alat-alat canggih digunakan dalam proses rukyat. Penggunaan teknologi ini memastikan bahwa data yang diperoleh dari pengamatan lapangan dapat dibandingkan dengan perhitungan astronomi secara tepat. Setidaknya ada 33 lokasi pengamatan yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan satu lokasi di setiap provinsi, kecuali Bali yang tidak melaksanakan rukyat karena adanya tradisi Nyepi.
Hasil akhir dari sidang isbat ini akan diumumkan secara resmi melalui konferensi pers yang dipimpin langsung oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar. Konferensi pers ini merupakan momen penting bagi masyarakat luas untuk mengetahui tanggal pasti perayaan Lebaran tahun ini. Dengan demikian, semua pihak dapat mempersiapkan diri untuk menyambut hari raya dengan baik dan penuh kebahagiaan.