Dalam sebuah kasus yang menggemparkan, sekitar 100 wanita telah menjadi korban jaringan perdagangan manusia di Georgia. Para wanita ini diperlakukan sebagai "ternak" untuk ekstraksi sel telur mereka yang kemudian dijual di pasar gelap. Penyelidikan polisi saat ini fokus pada sindikat asal China yang diduga memimpin operasi ini. Tiga wanita Thailand berhasil melarikan diri dan membuka akses ke pengetahuan tentang kondisi mengerikan yang mereka alami selama setengah tahun. Awalnya, mereka tertarik dengan tawaran pekerjaan surrogasi yang menjanjikan gaji tinggi, namun nyatanya mereka terjebak dalam situasi eksploitasi tanpa kompensasi.
Tiga wanita Thailand yang berhasil kabur mengungkapkan bahwa awalnya mereka tertarik dengan lowongan pekerjaan yang disebarkan melalui media sosial. Mereka dibujuk dengan janji gaji fantastis untuk bekerja sebagai ibu pengganti bagi pasangan Georgia. Namun, begitu mereka tiba di Georgia, realitas yang berbeda menanti. Di sana, mereka ditempatkan bersama ratusan wanita lain dalam rumah-rumah besar, dimana mereka disuntik hormon dan dipaksa menyerahkan sel telurnya.
Para korban menjalani hidup yang penuh penderitaan selama setengah tahun. Mereka diberi hormon untuk merangsang produksi sel telur dan dipaksa menyerahkan sel telurnya setiap bulan. Beberapa wanita bahkan tidak mendapatkan kompensasi atas ekstraksi tersebut. Situasi ini semakin sulit karena mereka harus membayar uang tebusan jika ingin keluar dari tempat itu. Yayasan Pavena, yang bekerja sama dengan Interpol, berhasil membebaskan tiga wanita Thailand setelah membayar tebusan. Namun, masih banyak korban yang belum dapat diselamatkan.
Kasus ini telah memicu penyelidikan intensif oleh pihak berwenang Thailand dan Interpol. Polisi sedang menyelidiki sindikat kriminal yang diduga dipimpin oleh kelompok asal China. Sel telur yang dikumpulkan dari para korban diduga diperdagangkan di negara lain untuk digunakan dalam prosedur fertilisasi in-vitro (IVF). Keberanian tiga wanita yang melarikan diri telah membuka pintu bagi upaya penyelamatan lebih lanjut.
Yayasan Pavena dan Interpol terus bekerja sama untuk membebaskan lebih banyak korban. Mereka berharap dapat mengidentifikasi dan menyelamatkan lebih banyak wanita yang masih ditahan di "peternakan manusia". Kepolisian Thailand juga telah memulai penyelidikan dan mencari informasi lebih lanjut tentang jaringan ini. Dengan peningkatan kesadaran publik dan kerjasama internasional, diharapkan lebih banyak korban dapat diselamatkan dan pelaku dapat diadili sesuai hukum.