Pasar
Perjalanan Hidup Sudono Salim: Dari Kedekatan dengan Soeharto hingga Krisis 1998
2025-03-09

Sudono Salim, dikenal juga sebagai Liem Sioe Liong, adalah salah satu konglomerat paling berpengaruh di Indonesia. Perjalanannya dalam dunia bisnis mencakup periode yang penuh tantangan dan keberhasilan. Sebelum menjadi pengusaha terkaya di negeri ini, Salim melewati masa-masa sulit, termasuk ketika menjalin hubungan erat dengan Presiden Soeharto. Namun, kedekatannya dengan rezim Orde Baru akhirnya menjadi bumerang saat krisis ekonomi melanda pada tahun 1998. Seluruh kerajaan bisnisnya, termasuk BCA, Indocement, dan Indofood, mengalami kerugian besar. Meskipun demikian, keluarga Salim berhasil bangkit kembali setelah krisis tersebut.

Kolaborasi Bisnis dengan Soeharto

Pada awal pendirian negara Indonesia, Sudono Salim mulai membangun jaringan bisnisnya di bidang impor cengkeh dan logistik militer. Hubungan dekat antara Salim dan Kolonel Soeharto dimulai ketika sepupu Soeharto, Sulardi, memperkenalkan mereka berdua. Selama tiga dekade, Salim dan Soeharto membangun hubungan saling menguntungkan. Soeharto melindungi Salim, sementara Salim menyediakan dana bagi Soeharto dan kroninya. Akibatnya, Salim sukses mendirikan tiga kerajaan bisnis utama: perbankan (BCA), konstruksi (Indocement), dan makanan (Bogasari dan Indofood).

Hubungan erat antara Salim dan Soeharto tidak hanya memberikan manfaat finansial tetapi juga politik. Soeharto menjamin stabilitas bisnis Salim, sementara Salim mendanai proyek-proyek dan kepentingan Soeharto. Selama era Orde Baru, Salim menjadi salah satu tokoh bisnis paling berpengaruh di Indonesia. Kerja sama ini membawa Salim ke puncak kekayaan, namun juga membuatnya rentan terhadap sentimen anti-Soeharto yang muncul pada akhir rezim tersebut.

Dampak Krisis Ekonomi 1998

Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998, kerajaan bisnis Salim mulai runtuh. Nasabah BCA menarik dana secara massal, menyebabkan bank tersebut berada di ambang kebangkrutan. Situasi semakin memburuk ketika unjuk rasa berubah menjadi kerusuhan rasial, menargetkan aset dan properti milik orang Tionghoa. Rumah dan kantor-kantor Salim menjadi sasaran serangan brutal, termasuk pembakaran dan penjarahan.

Anthony Salim, putra Sudono Salim, mengalami situasi yang sangat sulit. Dia harus memutuskan untuk membiarkan massa merusak rumahnya agar tidak terjadi pertumpahan darah. Kerusuhan ini tidak hanya merusak aset fisik tetapi juga merusak reputasi Salim Group. BCA mengalami kerugian paling parah, dengan banyak cabang dan ATM dirusak atau dibakar. Pemerintah akhirnya mengambil alih BCA melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk mencegah kebangkrutan total. Meski mengalami pukulan telak, keluarga Salim berhasil bangkit kembali, kini memperluas bisnisnya ke sektor migas, konstruksi, dan perbankan.

more stories
See more