Pemerintah Prancis mengumumkan rencana pembatasan akses media sosial bagi anak-anak di bawah usia 15 tahun serta melarang penjualan pisau kepada individu di bawah umur. Keputusan ini muncul setelah serangkaian insiden kekerasan, termasuk peristiwa penusukan seorang asisten guru oleh siswa berusia 14 tahun di kota Nogent, wilayah timur Prancis. Presiden Emmanuel Macron menegaskan perlunya tindakan mendesak guna melindungi generasi muda dari dampak negatif platform digital dan meningkatkan keselamatan di lingkungan pendidikan.
Pada hari Selasa di bulan Juni 2025, sebuah tragedi memilukan terjadi di sebuah sekolah di Nogent. Seorang siswa menggunakan pisau untuk menyerang seorang asisten guru berusia 31 tahun selama pemeriksaan tas. Insiden ini menjadi titik balik bagi pemerintah Prancis untuk segera mengambil langkah-langkah nyata.
Dalam tanggapannya, Macron memperkenalkan ide pelarangan media sosial bagi anak-anak di bawah usia 15 tahun. Ia juga menekankan pentingnya verifikasi usia pada platform digital. Langkah ini didorong oleh bukti-bukti yang menunjukkan pengaruh buruk media sosial terhadap kesehatan mental dan fisik anak-anak. Jika Uni Eropa tidak merespons dengan cepat, Prancis siap melaksanakan larangan ini secara mandiri dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara itu, Perdana Menteri Francois Bayrou mengumumkan bahwa penjualan pisau kepada anak di bawah umur akan dilarang lewat dekrit dalam waktu dua minggu. Larangan ini mencakup semua jenis pisau yang dapat digunakan sebagai senjata. Untuk memastikan keselamatan lebih lanjut, pemerintah juga mempertimbangkan penggunaan detektor logam di sekolah-sekolah, meskipun efektivitasnya terhadap pisau keramik masih diragukan oleh Menteri Pendidikan Elisabeth Borne.
Sebagai bentuk penghormatan terhadap korban, seluruh sekolah di Prancis diminta melakukan pengheningan cipta satu menit pada Kamis siang.
Dalam beberapa tahun terakhir, Prancis telah mencatat sejumlah kasus kekerasan di kalangan siswa. Untuk mencegah insiden serupa di masa depan, pemerintah terus berupaya mengembangkan strategi keamanan yang lebih ketat.
Menyikapi kebijakan ini, perspektif jurnalistik memberikan pandangan penting. Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Prancis menunjukkan komitmen kuat untuk melindungi anak-anak dari ancaman baik secara fisik maupun psikologis. Dengan fokus pada regulasi media sosial dan kendali alat tajam, upaya ini bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang aman serta mendukung perkembangan sehat generasi muda. Namun, tantangan tetap ada dalam implementasi teknologi verifikasi usia dan efektivitas detektor logam di sekolah-sekolah. Kebijakan ini dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain yang menghadapi isu serupa.