Dalam perkembangan terbaru dari dunia astronomi, Pusat Astronomi Internasional memberikan proyeksi tentang perbedaan tanggal perayaan Idul Fitri tahun 2025. Dengan metode pengamatan bulan sabit yang beragam di berbagai wilayah Islam, diperkirakan akan ada dua kemungkinan hari raya yang diperingati oleh umat Muslim. Faktor astronomis seperti waktu tenggelamnya matahari dan bulan menjadi penentu utama dalam memutuskan awal Syawal.
Di wilayah Arab dan sebagian besar negara Islam, para ahli astronomi memperkirakan bahwa bulan sabit Syawal tidak akan terlihat pada Sabtu, 29 Maret 2025. Hal ini disebabkan karena bulan akan terbenam lebih awal dibandingkan matahari, serta konjungsi antara bumi, bulan, dan matahari baru akan terjadi setelah matahari terbenam. Dengan kondisi tersebut, negara-negara yang mengandalkan pengamatan langsung untuk menetapkan awal Syawal kemungkinan besar akan merayakan Idul Fitri pada Senin, 31 Maret 2025.
Sebaliknya, beberapa daerah di bagian tengah dan barat dunia Islam mungkin akan menyaksikan bulan terbenam setelah matahari terbenam. Ini memungkinkan mereka untuk menggunakan metode tradisional penentuan hilal sehingga memutuskan untuk merayakan Idul Fitri pada Ahad, 30 Maret 2025. Fenomena ini menciptakan perbedaan satu hari dalam perayaan Idul Fitri di berbagai negara.
Menariknya, pada siang hari Sabtu tersebut, sebuah gerhana matahari parsial akan terjadi di wilayah barat dunia Arab, termasuk Mauritania, Maroko, Aljazair, dan Tunisia. Gerhana ini dapat diamati dengan mata telanjang dan menjadi bukti konkret bahwa bulan sabit tidak akan terlihat pada waktu tersebut atau beberapa jam setelahnya. Para ahli menekankan pentingnya kehati-hatian terhadap klaim palsu tentang penglihatan bulan sabit, karena bertentangan dengan fakta astronomi.
Reporter:
Berita ini membuka wawasan tentang pentingnya ilmu astronomi dalam menetapkan kalender Islam secara global. Dengan adanya prediksi dan pengamatan ilmiah, kita dapat lebih memahami keragaman cara berbagai negara menetapkan hari raya. Selain itu, fenomena gerhana matahari parsial yang terjadi di kawasan Arab juga menunjukkan betapa dinamisnya alam semesta dan bagaimana ia memengaruhi kehidupan manusia, termasuk dalam konteks spiritualitas.