Pasar
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Menjelang Data Ekonomi AS
2025-03-10

Nilai tukar rupiah mengalami penurunan tipis pada awal perdagangan Senin (10/3/2025), seiring dengan ekspektasi peluncuran data ekonomi Amerika Serikat yang akan mempengaruhi pasar. Berdasarkan informasi dari Refinitiv, rupiah berada di posisi Rp 16.295 per dolar AS, melemah 0,03% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Meskipun demikian, rupiah masih menunjukkan kinerja positif dalam satu minggu terakhir dengan penguatan mencapai 1,5%.

Gejolak Pasar Valuta Asing Terkait Sentimen Eksternal

Pada hari Senin, 10 Maret 2025, mata uang Indonesia merasakan dampak dari sentimen eksternal, terutama dari Amerika Serikat. Indeks dolar AS (DXY) turun ke level 103, yang merupakan titik terendah sejak November 2024, setelah melambatnya pertumbuhan lapangan kerja AS. Laporan tenaga kerja AS menunjukkan penambahan 151.000 pekerjaan pada bulan Februari, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Data ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin memangkas suku bunga beberapa kali dalam tahun ini.

Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa bank sentral tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga sampai ada kejelasan lebih lanjut tentang dampak kebijakan pemerintah Trump. Ekonom Natalia Lojevsky dari CIFC Asset Management mengungkapkan bahwa perlambatan pertumbuhan upah menjadi kabar baik bagi The Fed dalam menilai tekanan inflasi. Upah rata-rata per jam hanya naik 0,3% pada bulan Februari, lebih rendah dari kenaikan pada Januari.

Menteri Keuangan Scott Bessent memperingatkan bahwa ekonomi AS bisa melambat karena pergeseran pengeluaran publik ke swasta, yang disebut sebagai "periode detoksifikasi" menuju keseimbangan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Sementara itu, keputusan Trump untuk menunda tarif bagi Meksiko dan Kanada hingga 2 April memberikan sedikit dampak pada pasar. Namun, analis Tony Roth dari Wilmington Trust Investment Advisors menilai bahwa The Fed akan tetap berhati-hati sebelum mengambil tindakan.

Pelaku pasar juga menantikan data-data penting AS yang akan dirilis pekan ini, termasuk laporan JOLTS tentang lowongan pekerjaan pada Selasa, data inflasi AS pada Rabu, dan indeks harga produsen (PPI) pada Kamis. Semua data ini akan sangat mempengaruhi pergerakan rupiah.

Dari perspektif seorang jurnalis, situasi ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar valuta asing terhadap sentimen eksternal, terutama dari negara-negara besar seperti AS. Gejolak ekonomi AS memiliki dampak langsung pada mata uang lainnya, termasuk rupiah. Kebijakan moneter dan fiskal AS, serta data ekonominya, menjadi faktor utama yang perlu dipantau oleh investor dan pelaku pasar untuk membuat keputusan yang tepat. Di sisi lain, ini juga menyoroti pentingnya diversifikasi investasi dan manajemen risiko dalam menghadapi ketidakpastian global.

more stories
See more