Pasar
Rupiah Mencapai Titik Terendah Baru Akibat Penguatan Dolar AS
2025-03-25

Mata uang Indonesia mengalami penurunan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penguatan yang berkelanjutan dari mata uang hijau. Menurut data Refinitiv, kurs rupiah mencapai level terparahnya pada awal bulan April 2025, melewati titik terendah sebelumnya selama krisis global tahun 2020. Meskipun belum melampaui rekor buruk era krisis moneter Asia tahun 1998, situasi ini tetap memicu kekhawatiran pasar. Penguatan indeks dolar AS (DXY) juga turut mendorong tekanan pada rupiah, didorong oleh data positif sektor jasa AS dan pernyataan Presiden Donald Trump tentang kebijakan tarif internasional.

Pada akhir Maret 2025, kurs rupiah tercatat menyentuh angka Rp16.640 per dolar AS, menandai pelemahan sebesar lebih dari 0,5%. Penyebab utamanya adalah penguatan Dollar Index (DXY), yang naik ke level 104,32. Kenaikan tersebut dipicu oleh data ekonomi AS yang kuat serta optimisme terkait kebijakan perdagangan Trump. Informasi ini membawa dampak langsung pada dinamika nilai tukar global, termasuk di wilayah Asia Tenggara.

Data terbaru menunjukkan bahwa sektor jasa di AS menjadi salah satu faktor utama penguatan dolar. Kinerja yang solid dalam Purchasing Managers' Index (PMI) AS telah meningkatkan imbal hasil obligasi negara tersebut, sehingga menarik aliran modal masuk. Hal ini pada gilirannya memberikan dorongan tambahan bagi dolar AS dan memperlemah posisi mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Kondisi ini semakin diperparah oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai potensi pengecualian tarif untuk beberapa negara. Meski tidak semua tarif akan diberlakukan pada awal April, pernyataan tersebut cukup untuk meredakan kekhawatiran perlambatan ekonomi AS. Namun, hal ini malah memperkuat dolar AS lebih lanjut karena investor beralih ke aset safe haven seperti mata uang hijau.

Di sisi lain, rupiah masih harus menghadapi tantangan besar. Sebagai salah satu mata uang emerging market, rupiah rentan terhadap gejolak global. Pelemahan ini dapat berdampak pada inflasi domestik, apalagi jika harga impor mulai meningkat. Oleh karena itu, langkah-langkah stabilisasi dari Bank Indonesia menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar nasional.

Penguatan dolar AS dan ketidakpastian global tampaknya masih akan menjadi tantangan bagi rupiah di waktu mendatang. Meskipun demikian, upaya pemerintah dan bank sentral Indonesia tetap dibutuhkan untuk menjaga daya tahan ekonomi nasional di tengah fluktuasi nilai tukar internasional. Langkah-langkah strategis diperlukan agar rupiah dapat pulih dan meminimalkan risiko terhadap perekonomian domestik.

more stories
See more