Pada masa penjajahan Belanda, banyak pengaruh dan warisan yang tertinggal di Indonesia, termasuk dalam hal penamaan wilayah. Salah satu contoh menarik adalah kota Depok, yang berbatasan dengan Jakarta. Asal-usul nama Depok ternyata memiliki sejarah unik yang berkaitan dengan agama Kristen Protestan dan peran seorang pejabat VOC bernama Cornelis Chastelein. Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang bagaimana Depok mendapatkan namanya dan apa makna di baliknya.
Pada abad ke-17, Cornelis Chastelein, seorang pegawai VOC, membeli tanah luas di sekitar Batavia (sekarang Jakarta). Dia kemudian pensiun dan membangun rumah besar di Serengseng, tempat dia menetap bersama keluarga dan budak-budaknya. Chastelein, yang dikenal sebagai pemilik tanah yang bijaksana dan penuh kasih, melepaskan semua budaknya dan memberikan mereka hak atas tanah tersebut. Pada tahun 1714, sebelum meninggal, Chastelein menulis surat wasiat yang menyatakan bahwa seluruh harta dan tanahnya harus dibagikan kepada para bekas budaknya dan digunakan untuk penyebaran agama Kristen Protestan. Ini membentuk dasar bagi pendirian komunitas De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen, atau Organisasi Kristen Protestan Pertama, yang kemudian menjadi asal usul nama Depok.
Berabad-abad telah berlalu, tetapi warisan Chastelein masih hidup melalui nama Depok. Meskipun ada beberapa interpretasi modern tentang asal-usul nama ini, seperti "Daerah Permukiman Orang Kota", sejarah aslinya tetap erat kaitannya dengan komunitas Kristen pertama yang didirikan di sana.
Dalam catatan sejarah, Depok tidak hanya menjadi simbol dari kekayaan material, tetapi juga representasi dari nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial yang ditinggalkan oleh Chastelein. Warisan ini terus hidup sampai hari ini, memberikan inspirasi bagi generasi yang akan datang.
Sebagai jurnalis, cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami latar belakang historis suatu daerah. Depok bukan hanya sebuah kota, tetapi juga merupakan bukti nyata dari perjuangan dan dedikasi manusia dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan bermartabat. Cerita ini mengajarkan kita untuk menghargai warisan sejarah dan merawatnya demi masa depan yang lebih baik.