Perasaan mendalam tentang seseorang yang telah tiada sering kali diungkapkan melalui pengalaman indra yang tak terduga. Inul menceritakan momen spesial yang dirasakannya meskipun belum bertemu secara langsung dalam mimpi. Melalui aroma khas yang tiba-tiba menghampiri, ia merasa tersambung dengan sosok yang sangat dikenangnya. Sebuah kenangan manis tentang keberadaan Titiek Puspa kini hadir dalam bentuk wewangian melati, yang selalu memenuhi ruang di rumahnya.

Berbagai aktivitas sehari-hari ternyata menjadi jembatan bagi Inul untuk merasakan kehadiran tersebut lebih nyata. Salah satu contohnya adalah ketika ia tenggelam dalam kesedihan setelah mengunjungi tempat peristirahatan terakhir almarhumah. Dalam suasana hening dan haru, Inul mencoba mengalihkan pikirannya dengan membuat roti. Tidak disangka, aroma melati kembali menyelimuti, mengingatkannya pada suasana yang sering dialami saat berada di rumah sang legenda.

Pengalaman ini membuktikan bahwa hubungan emosional antara manusia tidak hanya terbatas pada waktu dan ruang fisik. Meski seseorang telah meninggalkan dunia ini, jejak-jejak mereka tetap hidup dalam ingatan dan hati orang-orang terdekat. Hal ini juga menunjukkan bahwa kebersamaan dapat diwujudkan melalui berbagai cara, termasuk melalui indera penciuman yang membawa kembali kenangan indah. Kehadiran semacam itu mengajarkan kita untuk tetap bersyukur atas setiap momen yang pernah dibagikan bersama orang yang kita cintai.