Kolaborasi lintas batas dalam dunia perfilman terus menunjukkan dampak positifnya. Salah satu contohnya adalah proyek film "Perang Kota," yang menggandeng berbagai pihak internasional untuk menciptakan pengalaman sinematik yang lebih kaya. Melalui kerja sama ini, aspek visual dan teknis film dapat ditingkatkan secara signifikan, terutama dalam penggambaran Jakarta tahun 1946 dengan bantuan efek visual modern. Selain itu, kolaborasi ini juga membuka peluang bagi sineas lokal untuk belajar dari para profesional internasional.

Rama Adi, produser dari Cinesurya, menjelaskan bahwa kolaborasi antarnegara memberikan kontribusi besar terhadap kualitas film. Dengan dukungan tim internasional, elemen visual seperti VFX menjadi lebih cemerlang, memungkinkan penonton merasakan atmosfer masa lalu dengan lebih jelas. "Kami tidak hanya mendapatkan hasil akhir yang memukau, tetapi juga proses pembelajaran yang sangat berharga bagi semua pihak yang terlibat," tutur Rama Adi.

Chand Parwez Servia dari Starvision juga menyoroti pentingnya kepercayaan terhadap visi sineas dalam mendorong inovasi di industri perfilman Tanah Air. Menurutnya, Mouly Surya telah menciptakan sebuah karya yang menawarkan perspektif baru dan segar dalam narasi sinema Indonesia. "Melalui karya Mouly, kami melihat potensi besar untuk menceritakan kisah-kisah yang belum pernah diangkat sebelumnya," tambah Chand Parwez.

Pencapaian kolaborasi ini semakin diperkuat dengan kesuksesan film-film lain yang dirilis oleh Starvision, seperti Petaka Gunung Gede dan Komang. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi antara ide segar dan dukungan teknologi dapat menghasilkan karya yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga menyentuh hati penonton.

Dengan pendekatan kolaboratif seperti ini, industri perfilman Indonesia diprediksi akan terus berkembang, menciptakan lebih banyak karya berkualitas yang mampu bersaing di kancah internasional. Penggunaan teknologi mutakhir serta pertukaran pengetahuan antarnegara menjadi kunci sukses dalam mewujudkan visi tersebut.