Gaya Hidup
Misteri Gunung Everest: Petualangan Ekstrem dan Risiko Maut
2025-03-06
Jakarta, CNBC Indonesia – Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia, telah lama menjadi tujuan impian bagi para petualang. Terletak di perbatasan Nepal dan Tibet, Cina, Everest menawarkan tantangan yang tak terbayangkan bagi setiap pendaki yang berani mengujinya. Meskipun persiapan bisa memakan waktu bertahun-tahun, tidak ada jaminan bahwa setiap upaya akan berhasil mencapai puncak. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi alasan mengapa Everest tetap menjadi magnet bagi para petualang, serta risiko yang harus mereka hadapi.

Petualangan Penuh Risiko di Langit Tertinggi Dunia

Tantangan Fisik dan Mental Pendakian Everest

Pendakian Everest bukan hanya soal ketinggian, tetapi juga merupakan ujian nyata bagi fisik dan mental seseorang. Para petualang harus melewati berbagai rintangan mulai dari suhu ekstrim hingga cuaca yang tak terduga. Penyakit ketinggian akut, seperti sakit kepala, muntah, dan pusing, sering kali menjadi ancaman nyata yang dapat merenggut nyawa. Menurut laporan, sekitar 1% dari pendaki meninggal selama pendakian, dengan penyebab utama adalah penyakit ketinggian dan kecelakaan.Namun, faktor-faktor lain seperti pengalaman pendaki, rute yang dipilih, dan kondisi cuaca juga berperan penting dalam menentukan keselamatan. Pengalaman dan persiapan yang matang sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan ini. Alan Arnette, seorang pelatih pendaki gunung yang mencapai puncak Everest pada tahun 2014, menggambarkan pendakian sebagai pertempuran melawan elemen-elemen alam yang ganas. Setiap langkah yang diambil adalah pertaruhan hidup dan mati.

Kisah-Kisah Tragis di Lereng Everest

Everest telah menjadi saksi bisu atas banyak tragedi. Lebih dari 335 orang telah tewas sejak Desember 2024, baik saat mencoba mencapai puncak maupun ketika turun. Beberapa korban bahkan ditemukan terjebak di lereng gunung, tanpa harapan untuk diselamatkan. Ketika rekan sesama pendaki mengalami kecelakaan atau meninggal, seringkali mereka dibiarkan di gunung karena sulitnya proses evakuasi.Menurut Business Insider, biaya pemulangan jenazah bisa mencapai puluhan ribu dolar, bahkan hingga Rp1 miliar lebih. Proses ini tidak hanya mahal, tetapi juga berbahaya, dengan dua pendaki asal Nepal tewas saat mencoba mengambil jenazah pada tahun 1984. Laporan BBC menyebutkan bahwa sebagian besar kematian disebabkan oleh longsor atau terjatuh, membuat proses evakuasi semakin rumit.

Warisan dan Legacy Pendaki Everest

Meski berisiko tinggi, pendakian Everest tetap menjadi impian bagi banyak orang. Bagi beberapa, mencapai puncak tertinggi di dunia adalah pencapaian seumur hidup. Namun, bagi yang tidak beruntung, Everest menjadi tempat terakhir di mana mereka menghabiskan sisa-sisa kehidupan mereka. Tubuh mereka membeku di lereng gunung, menjadi bagian dari sejarah tragis yang terus ditulis.Para pendaki yang berhasil mencapai puncak sering kali mendapatkan penghargaan dan pengakuan internasional. Tetapi, cerita-cerita tragis yang terjadi di Everest juga menjadi pengingat akan risiko yang harus dihadapi. Setiap pendaki harus mempertimbangkan dengan hati-hati apakah mereka siap menghadapi tantangan ini, karena setiap langkah di lereng Everest adalah pertaruhan antara hidup dan mati.
More Stories
see more