Manchester United (MU) mencatatkan salah satu performa terjelek dalam sejarah klub pada musim 2024/2025. Dengan hasil yang mengecewakan, mereka berada di posisi paling rendah dalam era Premier League sejak tahun 1992. Meskipun pelatih baru, Ruben Amorim, menggantikan Erik ten Hag, penampilan MU tidak menunjukkan perbaikan signifikan. Statistik kekalahan dan kemenangan membuktikan bahwa klub ikonik ini sedang melalui masa sulit.
Dalam atmosfer yang penuh harapan setelah pergantian manajer, fans MU harus menerima kenyataan pahit. Di bawah kepemimpinan Ruben Amorim, MU hanya berhasil meraih 13 kemenangan dari total 34 pertandingan di semua kompetisi. Ini memberikan statistik kemenangan yang sangat rendah, yaitu sekitar 38,2 persen. Dalam laga-laga penting, klub gagal tampil maksimal, sehingga memperparah situasi mereka di klasemen.
Pada musim ini, Manchester United menghadapi tantangan besar di lapangan hijau. Mereka sering kali tersandung oleh tim-tim tangguh maupun lawan-lawan yang lebih lemah. Performa yang inkonsisten ini menjadi indikator utama kemunduran klub di era modern Premier League.
Sebagai akibatnya, rekor buruk ini menempatkan MU di urutan terendah dalam sejarah Premier League, menambah beban bagi para pemain dan manajemen klub.
Dari sudut pandang jurnalis, situasi ini mengingatkan kita akan pentingnya stabilitas manajerial dan strategi jangka panjang dalam sepak bola profesional. Bagi pembaca, cerita ini adalah pengingat bahwa kesuksesan tidak selalu datang dengan pergantian cepat, tetapi membutuhkan fondasi kuat dan visi yang jelas untuk bangkit kembali. Apakah MU mampu pulih dari kegelapan ini? Jawabannya masih menunggu di masa depan.