Perubahan kepemimpinan di dinas keamanan internal Israel, Shin Bet, menjadi sorotan setelah pengangkatan mantan komandan angkatan laut, Eli Sharvit. Pengangkatannya terjadi usai kontroversi pemecatan Ronen Bar yang diprakarsai oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Meskipun Mahkamah Agung Israel mengeluarkan perintah sementara untuk membekukan proses tersebut, Netanyahu tetap melanjutkan pencarian pengganti dengan alasan kurangnya kepercayaan pada Bar.
Karier panjang Sharvit selama 36 tahun di angkatan laut Israel membuatnya dianggap cocok untuk memimpin Shin Bet. Namun, langkah ini memicu protes besar dari masyarakat Israel, yang menilai ada motif politik dalam keputusan tersebut. Situasi ini mencerminkan ketegangan antara pemerintah dan institusi keamanan nasional.
Pengangkatan Eli Sharvit sebagai direktur baru Shin Bet tidak lepas dari kontroversi pemecatan Ronen Bar. Keputusan ini diambil meskipun adanya intervensi hukum dari Mahkamah Agung Israel yang meminta pembekuan proses sampai tanggal 8 April. Meski demikian, kantor perdana menteri menyatakan bahwa wewenang pengangkatan tetap berada di tangan pemerintah.
Situasi ini dimulai ketika pemerintah memutuskan untuk mengakhiri masa jabatan Bar pada 10 April, seiring dengan meningkatnya ketidakpercayaan terhadap performanya, khususnya terkait dampak serangan 7 Oktober 2023. Dalam pertimbangannya, Netanyahu menekankan pentingnya otonomi pemerintah atas pengawasan peradilan. Kendati demikian, Bar sendiri menyoroti adanya tekanan politik, dengan menuding bahwa keputusan itu didorong oleh kebutuhan kesetiaan pribadi kepada Netanyahu.
Masyarakat Israel bereaksi keras terhadap pengangkatan Sharvit, yang dianggap mencerminkan dominasi politik dalam struktur keamanan negara. Protes massal telah merebak di berbagai daerah, menunjukkan kekhawatiran akan integritas institusi keamanan. Ini menandakan adanya perpecahan mendalam antara publik dan pemerintah terkait isu kebijakan keamanan.
Kehadiran Sharvit, yang memiliki rekam jejak panjang di angkatan laut Israel, diharapkan dapat memperkuat posisi Shin Bet dalam menghadapi ancaman regional seperti Hamas, Hizbullah, dan Iran. Namun, tantangan utamanya adalah membangun kembali kepercayaan publik yang retak akibat kontroversi ini. Selain itu, situasi ini juga menyoroti perdebatan tentang batas-batas otoritas pemerintah dalam mengatur lembaga keamanan nasional, yang menjadi perhatian serius bagi stabilitas negara.