Sebuah kisah mengharukan tentang seorang ibu dan anaknya yang hidup dengan HIV di tengah stigma masyarakat. Setelah kepergian suaminya, Nada dan putranya, Asa, harus berhadapan dengan tantangan besar akibat penyakit yang mereka bawa. Meski menghadapi penolakan dari sekitar, mereka tetap mempertahankan semangat dan cinta untuk melanjutkan hidup. Kisah ini juga menghubungkan nilai-nilai inspiratif para tokoh perempuan lainnya dalam film-film lain yang merepresentasikan semangat Kartini masa kini.
Kehidupan Nada dan Asa dipenuhi dengan rintangan sosial yang signifikan setelah mereka terbuka tentang kondisi kesehatan mereka. Dengan berani, mereka menghadapi dunia yang sering kali tidak paham atau simpatik terhadap orang-orang dengan HIV. Kekuatan karakter mereka menjadi cerminan bahwa cinta dan harapan dapat melewati batasan-batasan yang tampak mustahil.
Tantangan pertama yang mereka hadapi adalah stigma negatif dari masyarakat sekitar. Orang-orang cenderung takut dan menjauh karena kurangnya pemahaman tentang HIV. Namun, alih-alih menyerah pada kesedihan, Nada memilih untuk mendidik anak-anak serta masyarakat tentang pentingnya empati dan edukasi. Ia percaya bahwa pengetahuan adalah senjata terbesar melawan ketidakadilan sosial. Perjalanan mereka pun menjadi bukti nyata bahwa keberanian bisa lahir dari situasi yang paling sulit.
Film Nada Untuk Asa bukan hanya tentang perjuangan individu, tetapi juga merayakan kekuatan wanita dalam menghadapi segala bentuk diskriminasi. Tokoh-tokoh lain dalam beberapa film serupa menunjukkan bagaimana nilai-nilai seperti keberanian, ketabahan, dan kebijaksanaan masih sangat relevan hingga hari ini.
Melalui karakter-karakter perempuan yang digambarkan dalam berbagai narasi sinematik, kita diajak untuk merenung tentang peran penting wanita dalam menciptakan dunia yang lebih inklusif dan adil. Mereka menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah meskipun menghadapi tekanan luar biasa. Dalam perayaan Hari Kartini modern ini, pesan-pesan dari film tersebut mengajak kita semua untuk melihat ulang cara pandang kita terhadap isu-isu sosial yang kompleks. Dengan demikian, setiap orang dapat berkontribusi dalam membentuk masyarakat yang lebih baik bagi generasi mendatang.