Saat dunia menantikan ulang tahun animasi legendaris Snow White, sebuah gelombang kejutan melanda jajaran eksekutif Disney. Pernyataan pro-Palestina dari Rachel Zegler, yang dilontarkan lewat media sosialnya, telah menciptakan riak-riak yang tak terduga di industri perfilman internasional.
Di tengah persiapan peluncuran film senilai $270 juta, muncul sebuah pernyataan yang mengubah arah narasi promosi. Rachel Zegler, selebriti muda yang dikenal lewat West Side Story, membuat pernyataan mendukung kemerdekaan Palestina dalam unggahan X pada Agustus 2024. Hal ini langsung memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk kelompok pendukung Israel.
Pernyataan tersebut bukan hanya soal dukungan politik, tetapi juga mencerminkan bagaimana para artis modern menggunakan platform mereka untuk menyuarakan pandangan ideologis. Dalam era digital, dimana setiap kata dapat berkembang menjadi badai opini, Disney harus berhati-hati agar tidak merusak reputasi brand ikonik mereka.
Ketegangan semakin meningkat ketika ancaman terhadap nyawa Gal Gadot, aktris asal Israel yang sebelumnya bertugas di Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mulai beredar luas. Ancaman ini memaksa Disney untuk mengambil langkah drastis dengan menyewa petugas keamanan profesional guna melindungi Gadot selama produksi dan promosi film.
Biaya tambahan untuk keamanan ini tentu saja menjadi beban finansial signifikan bagi Disney, yang sudah menginvestasikan anggaran besar dalam pembuatan film. Namun, demi menjaga integritas dan keselamatan tim produksi, langkah ini dianggap mutlak diperlukan. Kasus ini juga menggambarkan betapa sensitifnya isu geopolitik dalam konteks bisnis hiburan global.
Melihat potensi kerugian besar akibat pernyataan politik, Disney dikabarkan telah menghubungi tim manajemen Rachel Zegler untuk membahas situasi ini secara mendalam. Seorang eksekutif senior bahkan dilaporkan melakukan kunjungan khusus ke New York untuk berbicara langsung dengan aktris tersebut.
Komunikasi strategis antara pihak studio dan para artis menjadi kunci penting dalam mengatasi krisis ini. Meskipun demikian, tantangan utama tetap ada pada bagaimana Disney bisa mempertahankan citra netral sambil tetap memberikan ruang kepada artis untuk mengekspresikan pandangan pribadi mereka.
Kasus ini menunjukkan bahwa batasan antara seni dan politik semakin kabur di era modern. Para produser film harus lebih waspada terhadap latar belakang ideologis artis yang mereka pilih, serta mempersiapkan strategi komunikasi yang matang untuk menghadapi kemungkinan konflik publik.
Bagi Disney, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya sinergi antara seni, bisnis, dan politik. Dengan pendekatan yang tepat, studio besar seperti Disney masih bisa menjaga relevansi mereka di tengah dinamika global yang terus berkembang.