Gaji yang tidak sebanding dengan beban kerja menjadi tantangan serius bagi banyak tenaga kerja. Meski profesi sesuai dengan keahlian, upah di bawah standar dapat menurunkan motivasi pekerja. Menurut penelitian yang diterbitkan oleh jurnal medis ternama, upah rendah juga berpengaruh pada kualitas hidup dan harapan hidup individu. Peneliti dari sebuah universitas terkemuka di Amerika melacak data kesehatan dan pekerjaan sekitar empat ribu orang dewasa selama lebih dari satu dekade. Mereka menggunakan informasi dari studi kesehatan pensiun yang dikumpulkan antara tahun 1992 hingga 2018. Peserta penelitian ini mulai berusia lima puluh tahun saat awal penelitian dan mencapai usia enam puluhan pada akhirnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja paruh baya dengan penghasilan rendah memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, bahkan dua kali lipat untuk mereka yang mengalami ketidakstabilan dalam pekerjaan dan upah. Pekerja dengan bayaran rendah termasuk dalam kelompok paling rentan dalam dunia kerja karena mereka cenderung menghadapi risiko kerja yang lebih besar, stres yang lebih tinggi, dan masalah kesehatan yang lebih serius. Data menunjukkan bahwa mereka lebih sering melaporkan kondisi kesehatan yang buruk, gejala depresi, dan kurangnya akses terhadap asuransi kesehatan. Para peneliti menyimpulkan bahwa upah merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi ketidaksetaraan.

Peningkatan upah di pasar tenaga kerja belum cukup signifikan untuk mengimbangi inflasi harga yang tinggi. Meskipun ada kenaikan upah di beberapa sektor, seperti industri rekreasi dan perhotelan, pendapatan rumah tangga tetap tidak merata. Sebagian besar pendapatan rumah tangga berpenghasilan rendah digunakan untuk kebutuhan dasar seperti makanan, energi, dan tempat tinggal. Situasi ini menekankan pentingnya kebijakan yang mendukung peningkatan upah agar dapat memperbaiki kesejahteraan pekerja dan masyarakat secara keseluruhan.