Pertemuan mendadak di rumah sakit membawa berbagai emosi bagi para karakter utama. Salma datang dengan harapan, namun harus menghadapi kenyataan pahit tentang kondisi Argo yang semakin memburuk. Sementara itu, konflik batin dan antarpribadi terjadi ketika William mencari Salma dan Ayunda menyalurkan kemarahannya kepada Tania.
Salma tiba di rumah sakit dengan penuh optimisme, berharap mendapatkan kabar baik tentang kesembuhan Argo. Namun, suasana hatinya berubah drastis saat melihat Ayunda menangis dan Tania dilarikan untuk mendapatkan penanganan medis. Informasi tak terduga tentang keadaan Argo yang kritis membuat Salma merasa cemas dan bingung. Dia harus menghadapi realitas yang jauh berbeda dari apa yang dia bayangkan sebelumnya.
Situasi ini menggambarkan betapa cepatnya harapan bisa berubah menjadi kekecewaan dalam situasi yang tidak terduga. Salma berusaha mencerna informasi tersebut sambil berusaha tetap tenang. Dia bertanya kepada Ayunda, berharap ada penjelasan yang lebih jelas tentang apa yang sedang terjadi. Namun, jawaban yang didapat hanya menambah beban pikirannya. Kondisi Argo yang semakin memburuk menjadi ujian besar bagi Salma, yang harus berjuang melawan rasa khawatir dan ketidakpastian.
Beriringan dengan kekhawatiran Salma, muncul konflik batin dan antarpribadi di antara para karakter. William tiba di rumah sakit mencari Salma, namun malah bertemu dengan Ayunda yang sedang marah. Ketegangan antara mereka berdua menciptakan situasi yang semakin kompleks. Ayunda, yang merasa frustrasi, menyalahkan William atas situasi yang terjadi.
Ayunda melepaskan amarahnya kepada William, menuduh bahwa semua ini adalah kesalahan Tania. Ini menunjukkan bagaimana stres dan kecemasan dapat memicu reaksi emosional yang intens. William berusaha menjelaskan, namun sulit untuk menenangkan Ayunda yang sedang dipenuhi oleh kemarahan. Situasi ini menggambarkan betapa mudahnya konflik muncul di tengah situasi yang penuh tekanan, di mana setiap orang memiliki pemikiran dan emosi yang berbeda-beda.