Pada akhir bulan Februari 2025, dunia mendengar suara kuat dari Indonesia melalui Nukila Evanty, seorang aktivis perempuan yang dipercaya sebagai pembicara dalam acara Voices of Her Festival 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia. Acara ini merupakan bagian dari Women’s Summit yang diselenggarakan di World Trade Centre (WTC). Nukila, yang menjabat sebagai Executive Director dari Women Working Group (WWG), diundang oleh pemerintah Malaysia karena pengalamannya dalam advokasi kesetaraan gender. Dalam pidatonya, Nukila menyoroti sepuluh aspek penting mengapa pemberdayaan perempuan menjadi kunci bagi kemajuan masyarakat.
Nukila menekankan bahwa pemberdayaan perempuan bukan hanya soal meningkatkan produktivitas dan mengurangi kemiskinan, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan. Mulai dari peningkatan kesehatan hingga keadilan sosial, serta perlindungan hak asasi manusia. Menurutnya, pemberdayaan perempuan juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan dan perdamaian global. Sejarah panjang perjuangan tokoh-tokoh seperti R.A. Kartini telah menginspirasi generasi saat ini untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender.
Kini, program-program kesetaraan gender telah diterapkan di berbagai lini kehidupan. Tujuannya adalah agar perempuan memiliki akses yang setara dalam hal keadilan, kesehatan, pendidikan, politik, ekonomi, dan hak sipil. Nukila menegaskan bahwa isu kesetaraan gender bukanlah tanggung jawab satu negara saja, melainkan tantangan bersama bagi semua negara, terutama di kawasan ASEAN. Dia mengajak negara-negara ASEAN untuk bersatu dalam upaya mewujudkan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) terkait kesetaraan gender.
Dalam konteks pemberdayaan perempuan, Nukila selalu fokus pada bidang-bidang yang berkaitan erat dengan perempuan, seperti pendidikan, politik, ekonomi, dan budaya. Dia juga menekankan pentingnya keadilan sosial dan perlunya membangun masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Nukila mengecam konsep patriarki yang seringkali menempatkan perempuan pada posisi kedua. Pandangan-pandangan semacam itu harus terus dikikis demi menciptakan masyarakat yang benar-benar setara antara perempuan dan laki-laki.
Perjuangan Nukila tidak hanya berfokus pada pemberdayaan, tetapi juga pada penegakan keadilan sosial dan perlindungan hak asasi manusia. Dia percaya bahwa dengan kerja sama yang solid antara negara-negara ASEAN dan masyarakat sipil, tujuan kesetaraan gender dapat dicapai. Langkah-langkah nyata yang dilakukan hari ini akan membawa dampak positif bagi masa depan masyarakat yang lebih inklusif dan adil.