Sebuah proyek film terbaru, "Sugar Daddy," telah menarik perhatian industri perfilman Indonesia. Disutradarai oleh Ian Wibowo dan didukung oleh tim kreatif yang berpengalaman seperti budayawan Made Putrawan, produser Erry Wibowo, serta Wayan Adnyana, film ini mengangkat tema kontroversial tentang seorang pengusaha sukses yang lebih memilih menjalani kehidupan hedonistik dengan wanita-wanita muda. Proses syuting dilakukan di lokasi eksotis di Pulau Dewata, termasuk di Studio Alam 1AN Bali.
Film ini menceritakan kisah seorang pria paruh baya yang hidup dalam kemewahan bersama istri cantiknya. Namun, karakter utama ini justru mencari kesenangan di luar rumah tangganya dengan memberikan dukungan finansial kepada para wanita muda yang memiliki ambisi tinggi. Karakter-karakter wanita dalam cerita ini dibuat dengan nuansa kompleksitas emosional yang kuat, sehingga penonton dapat merasakan konflik internal dari setiap tokoh.
Untuk membawa cerita ini ke layar lebar, sutradara Ian Wibowo menggandeng deretan aktor berbakat seperti Barbie Kumalasari, Gede Sugianyar, Ice Trisnawato, dan Wayan Adnyana. Selain itu, film ini juga melibatkan anggota Persatuan Artis Film Seniman Indonesia (PARFIS) untuk menambah kedalaman akting dalam setiap adegan.
Lokasi syuting dipilih secara strategis untuk memperkuat narasi visual film ini. Studio Alam 1AN Bali menjadi pusat produksi utama, dengan latar alam Bali yang memesona digunakan sebagai elemen artistik tambahan dalam beberapa adegan penting. Produser Erry Wibowo menyampaikan bahwa kombinasi antara talenta lokal dan keindahan pulau Bali akan memberikan sentuhan unik pada film ini.
Dengan pendekatan yang segar dan lokasi syuting yang memukau, film "Sugar Daddy" diharapkan dapat menarik minat penonton tanpa mengabaikan pesan moral yang kuat. Melalui kisah ini, audiens diajak untuk merenungkan nilai-nilai kebahagiaan sejati dalam kehidupan modern yang sering kali diselimuti materialisme dan ketidakpuasan.