Dewan Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) telah mengambil langkah-langkah tegas terkait insiden yang melanggar kode etik. Salah satu keputusan tersebut adalah pengenaan sanksi berat kepada seorang asisten pelatih sekolah menengah pertama. Mantan asisten pelatih dari SMP Mardiwaluyo, yang kini tidak lagi memiliki izin melatih, dikenakan larangan selama tiga tahun. Alasan utamanya adalah perilaku yang mencoreng nama baik organisasi dan upaya penutupan informasi publik tentang kekerasan yang terjadi.
Ketua Perbasi, Budi, menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden tersebut. Organisasi ini memastikan bahwa siapa pun yang melakukan tindakan serupa akan menghadapi konsekuensi serius. Upaya untuk mengancam individu yang membuka aksi kekerasan di media sosial sangat tidak dapat diterima. Langkah-langkah pencegahan dan hukuman yang lebih ketat akan diberlakukan untuk memastikan lingkungan olahraga yang aman dan bermartabat bagi semua peserta didik.
Budi juga menekankan pentingnya laporan cepat jika ada indikasi pelanggaran serupa di berbagai tingkat kompetisi bola basket nasional. Komitmen Perbasi untuk menjaga integritas dan keamanan dalam olahraga ini ditunjukkan melalui sikap tegas mereka. Dengan demikian, setiap pihak yang terlibat dalam dunia bola basket diharapkan dapat bersatu untuk menciptakan atmosfer positif dan bebas dari segala bentuk intimidasi atau pelecehan.