Pemimpin Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap Universitas Harvard dengan menyerukan penghapusan bantuan federal bagi institusi tersebut. Tindakan ini mencakup pencabutan kontrak penelitian yang bernilai miliaran dolar serta larangan penerimaan mahasiswa internasional. Trump juga memperluas langkah serupa ke beberapa universitas bergengsi lainnya di AS seperti Columbia dan Princeton. Motif perang Trump melawan Harvard berkaitan dengan sikap independen universitas dalam menghadapi tekanan politik serta tuduhan mendukung kelompok Palestina.
Di satu sisi, Harvard menegaskan prinsip akademiknya dengan menolak intervensi Gedung Putih. Di sisi lain, pemerintahan Trump menyatakan bahwa universitas gagal melindungi mahasiswa Yahudi dari pelecehan selama protes kampus. Situasi ini menciptakan perseteruan besar antara pemerintah dan dunia pendidikan tinggi di AS.
Trump telah menargetkan sejumlah universitas elit AS dengan mengancam memotong dana federal. Langkah-langkah ini mencakup pencabutan kontrak penelitian hingga pengawasan atas departemen tertentu. Khusus untuk Harvard, tuntutan Trump termasuk reformasi kepemimpinan, penyaringan mahasiswa internasional, dan audit fakultas untuk memastikan beragam pendapat. Ini menunjukkan upaya pemerintah untuk mengendalikan arah pendidikan tinggi di negara tersebut.
Tindakan Trump bukan hanya soal anggaran, tetapi juga mencerminkan niat untuk mereformasi sistem pendidikan tinggi agar sesuai dengan visinya tentang nilai-nilai Amerika. Dengan mencabut status bebas pajak dan membatasi penerimaan mahasiswa internasional, pemerintah berusaha mengontrol narasi akademik yang dihasilkan oleh institusi-institusi seperti Harvard. Namun, hal ini menimbulkan kontroversi besar karena dianggap sebagai ancaman terhadap kebebasan akademik. Universitas-elit AS, termasuk Harvard, menolak campur tangan semacam itu, menyatakan bahwa tidak ada pemerintah yang berhak mendikte apa yang bisa diajarkan atau diteliti.
Konflik antara Harvard dan pemerintahan Trump dimulai dari isu-isu sensitif terkait Timur Tengah. Harvard disinyalir mendukung kelompok perlawanan Palestina, sebuah tudingan yang dibantah oleh pihak universitas. Tuduhan ini kemudian menjadi alasan bagi Trump untuk mengambil langkah-langkah keras, termasuk memerintahkan pengawasan federal atas beberapa departemen di universitas tersebut.
Masalah utama adalah protes kampus yang mengecam tindakan Israel di Gaza. Pemerintahan Trump menganggap protes ini sebagai bentuk antisemitisme, meskipun para aktivis membantah tuduhan tersebut. Sebagai tanggapan, Harvard bersikeras melindungi hak-hak akademiknya tanpa harus patuh pada tekanan politik dari Gedung Putih. Sikap keras ini membuat Harvard menjadi simbol perlawanan terhadap upaya kontrol pemerintah atas dunia pendidikan tinggi. Dalam konteks ini, konflik ini lebih dari sekadar perbedaan pandangan politik; ia mencerminkan pertarungan ideologis yang mendalam di AS.