Perjalanan sebuah karya seni sering kali membawa pesan mendalam. Bagi Waode, proses penciptaan dan rekaman ulang lagu “Demi Masa” bukan sekadar aktivitas profesional, melainkan perjalanan batin yang memperkuat makna harmoni antara manusia dan Tuhan.
Lagu “Demi Masa” memiliki latar belakang yang tak biasa karena liriknya diambil langsung dari ayat-ayat suci Al-Qur’an. Menurut Waode, hal inilah yang membuat suasana rekaman menjadi lebih sakral. Setiap kata yang dinyanyikan dipenuhi oleh rasa hormat dan kesadaran akan kebesaran sang Pencipta.
Waode menjelaskan bahwa untuk mencapai intonasi yang tepat serta menangkap esensi spiritual dari lagu ini, ia harus benar-benar merendam diri dalam pemahaman agama. Ini adalah langkah penting agar setiap nada dapat menyampaikan emosi yang autentik kepada pendengarnya.
Tak banyak orang tahu bahwa lagu “Demi Masa” pertama kali diperkenalkan oleh penulisnya sendiri, Ivo Nilakreshna, pada tahun 1982. Saat itu, lagu ini telah mencuri perhatian masyarakat luas karena pesan moral dan spiritual yang kuat. Selama lebih dari empat dekade, karya tersebut tetap hidup di hati para pecinta musik Indonesia.
Dengan menghadirkan kembali lagu ini, Waode tidak hanya ingin memperbarui kenangan masa lalu, tetapi juga menempatkannya sebagai pengingat bagi generasi muda tentang pentingnya nilai-nilai universal dalam kehidupan modern.
Musik memiliki kekuatan unik untuk menyatukan berbagai elemen kehidupan, termasuk aspek spiritual. Dalam konteks lagu “Demi Masa,” Waode menekankan bahwa musik bukan hanya medium hiburan tetapi juga sarana penyampaian nilai-nilai penting yang bisa mengubah pola pikir seseorang.
“Saya percaya bahwa setiap kali kita menyanyikan lagu ini, ada getaran positif yang tersebar ke seluruh penjuru dunia,” ujar Waode dengan penuh keyakinan. Dia menambahkan bahwa lagu ini dapat menjadi penghubung antara budaya lokal dan global melalui bahasa universal bernama musik.
Seni adalah cara terbaik untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas tanpa batasan usia atau latar belakang. Dalam kasus lagu “Demi Masa,” Waode berhasil menunjukkan bagaimana sebuah karya seni dapat memberikan dampak signifikan terhadap pembentukan karakter individu maupun kolektif.
Menurutnya, tantangan terbesar dalam menyanyikan lagu ini adalah memastikan bahwa setiap nada dan lirik disampaikan dengan ketulusan sepenuhnya. Hal ini dilakukan agar pesan spiritual yang dikandungnya dapat dirasakan oleh siapa saja yang mendengarkannya.