Kisah seorang atlet taekwondo dari Bandung yang sempat hilang selama bertahun-tahun akhirnya terungkap. Bukan karena kecelakaan atau penculikan, wanita bernama Fidya Kalaminda ini ternyata memilih melarikan diri dari rumah karena tekanan emosional dan ekonomi dari keluarganya. Selama ini, orang tua Fidya telah mencari putri mereka dengan bantuan aparat kepolisian tanpa hasil.
Setelah muncul kembali di media sosial, Fidya menjelaskan bahwa alasan utama kaburnya adalah konflik keluarga yang berkepanjangan. Saat ini, ia telah menikah dan memiliki anak. Kasus ini mengundang perhatian luas dari publik serta komentar dari seorang detektif swasta, Jubun, yang sering menangani kasus serupa.
Fidya Kalaminda akhirnya mengungkapkan rahasia dibalik kepergiannya yang tiba-tiba. Sebagai seorang atlet taekwondo, ia merasa terjebak dalam lingkaran tekanan yang diberikan oleh keluarganya. Orang tuanya diduga menggunakan bakat olahraganya sebagai sumber penghasilan utama, membuatnya merasa tertindas. Situasi ini memunculkan rasa frustasi yang akhirnya mendorongnya untuk meninggalkan rumah pada usia 19 tahun.
Dalam unggahan di media sosial, Fidya menyampaikan bahwa pilihan untuk kabur bukanlah keputusan yang mudah. Namun, kondisi mental dan emosional yang semakin buruk menjadi faktor utama. Ia juga menjelaskan bahwa selama enam tahun terakhir, ia hidup mandiri dan berhasil membangun kehidupan baru bersama suaminya. Pengakuan ini memberikan perspektif baru kepada publik tentang alasan sebenarnya di balik hilangnya seseorang.
Detektif Jubun, seorang profesional yang sering menangani kasus pencarian orang hilang, memberikan pandangan mendalam tentang fenomena seperti yang dialami Fidya. Menurutnya, banyak kasus yang awalnya disangka sebagai penculikan atau bahaya serius ternyata berkaitan dengan konflik keluarga. Hal ini terlihat dari pola pesan singkat berantai yang sering beredar, yang cenderung menciptakan narasi dramatis tanpa informasi lengkap.
Jubun menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam menangani kasus-kasus serupa. Ia menyarankan agar masyarakat tidak langsung mengasumsikan hal terburuk ketika mendengar cerita tentang seseorang yang hilang. Sebaliknya, upaya pemahaman lebih dalam terhadap situasi pribadi korban dapat membantu mengungkap fakta yang sesungguhnya. Dalam kasus Fidya, pendekatan ini menunjukkan bahwa kadang kala alasan di balik kehilangan seseorang lebih kompleks daripada sekadar anggapan luar biasa seperti penculikan atau kejahatan lainnya.