Seorang ibu bernama Iis menunjukkan keinginannya yang mendalam untuk menyaksikan pernikahan anak-anaknya sebelum waktunya tiba. Baginya, melihat anak-anak hidup bahagia dalam keluarga masing-masing adalah salah satu harapan terbesarnya. Dengan kesadaran akan batasan waktu yang dimiliki, Iis mengungkapkan rasa takut jika ajal datang lebih dulu tanpa melihat impian tersebut terwujud.
Iis merasa bahwa kebahagiaan anak-anaknya adalah prioritas utama dalam hidupnya. Dia khawatir tentang masa depan mereka setelah dirinya tiada. Tanpa adanya pengawasan dari orang tua, Iis bertanya-tanya apakah anak-anaknya akan menemukan pasangan yang tepat dan menjalani kehidupan yang damai. Perasaan ini menjadi dorongan kuat bagi Iis untuk memastikan bahwa semua hal telah disiapkan dengan baik.
Ketika berbicara tentang ketakutan ini, Iis menyoroti pentingnya memiliki keluarga yang harmonis. Menurutnya, sebuah pernikahan bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga langkah awal menuju kehidupan yang penuh makna bersama orang yang dicintai. Hal ini membuatnya semakin giat dalam mendorong anak-anaknya agar segera menemukan jodohnya.
Selain itu, Iis juga menyadari bahwa sebagai seorang ibu, ia tidak bisa selamanya hadir di sisi anak-anaknya. Oleh karena itu, dia ingin meninggalkan warisan berupa nilai-nilai cinta dan kebahagiaan yang dapat membimbing mereka di masa depan. Meskipun ia tidak dapat memprediksi kapan saat akhirnya akan tiba, Iis tetap optimis bahwa rencana Tuhan akan berjalan sesuai jalurnya.
Dengan keyakinan tersebut, Iis berharap bahwa anak-anaknya akan segera menemukan jalan menuju kebahagiaan. Pada akhirnya, kepuasan batin Iis akan tercapai ketika ia melihat senyum kebahagiaan di wajah anak-anaknya, yang menandakan bahwa mereka telah menemukan tempat yang aman dan nyaman dalam hidup mereka.