Seorang aktor muda Indonesia menunjukkan kemampuan akting yang luar biasa dalam sebuah film drama keluarga terbaru. Lewat perannya sebagai seorang remaja yang berjuang melawan trauma, ia berhasil membawa penonton merasakan kompleksitas emosional yang mendalam. Karakternya hidup di tengah konflik keluarga yang tidak terlihat dari luar, mencerminkan perasaan bingung dan kesepian yang dialami banyak remaja masa kini.
Aktor tersebut mengungkapkan bahwa untuk memerankan karakter ini, ia tidak hanya bergantung pada naskah tetapi juga melakukan riset mendalam tentang trauma psikologis. Ia belajar dari pengalaman pribadi serta lingkungan sekitarnya untuk memberikan sentuhan autentik pada karakter yang diperankannya. Hasilnya adalah sebuah penampilan yang sangat meyakinkan dan relevan dengan isu sosial modern.
Bima Azriel menawarkan performa yang luar biasa dalam film terbarunya, "Mungkin Kita Perlu Waktu". Dalam cerita ini, ia menjadi Ombak, seorang anak remaja yang harus menghadapi beban emosional setelah kehilangan kakaknya. Situasi rumah tangganya yang tampak harmonis dari luar menyembunyikan konflik internal yang besar. Melalui peran ini, Bima berhasil mengekspresikan rasa bingung dan putus asa seorang remaja yang merasa tidak dimengerti oleh keluarganya sendiri.
Dalam dunia akting, menggambarkan karakter dengan latar belakang emosional yang kompleks bukanlah hal mudah. Namun, Bima berhasil melakukannya dengan cara yang begitu autentik. Ia menjelaskan bahwa proses persiapan memainkan Ombak melibatkan lebih dari sekadar membaca naskah. Aktor muda itu melakukan penelitian mendalam tentang bagaimana trauma dapat mempengaruhi pikiran seseorang. Selain itu, ia juga menggunakan pengalaman pribadinya untuk menciptakan hubungan emosional yang kuat dengan karakter tersebut. Hal ini membuat penampilannya semakin meyakinkan dan dekat dengan realitas kehidupan remaja zaman sekarang.
Karakter Ombak dalam film ini menjadi simbol bagi banyak remaja yang sering kali merasa tersesat dalam masalah keluarga mereka. Bima Azriel berhasil menciptakan koneksi yang mendalam antara dirinya sebagai pemain dan audiens yang menyaksikan. Melalui peran ini, ia mengajak penonton untuk merenungkan pentingnya pemahaman dan dukungan dalam keluarga.
Bima menjelaskan bahwa karakter Ombak memiliki relevansi besar dengan tantangan yang dihadapi remaja masa kini. Dalam diskusi intensif dengan sutradara Teddy Soeriaatmadja, ia belajar banyak tentang cara menggambarkan trauma secara halus namun efektif. Proses ini termasuk observasi perilaku manusia dan studi literatur tentang psikologi trauma. Semua elemen ini digabungkan menjadi satu untuk menciptakan karakter yang otentik dan hidup. Hasilnya adalah sebuah film yang tidak hanya hiburan tetapi juga pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi dalam keluarga.