Arab Saudi telah secara resmi menetapkan perayaan Idulfitri pada tanggal 30 Maret 2025. Keputusan ini didasarkan pada pengamatan hilal yang berhasil dilakukan di Observatorium Sudair dan Tamir. Astronom utama Observatorium Sudair, Abdullah al-Khudairi, menyampaikan bahwa hilal terlihat setelah matahari terbenam pada pukul 18.12 waktu Arab Saudi. Peristiwa ini menjadi dasar bagi penentuan awal bulan Syawal.
Penetapan hari raya berdasarkan pengamatan astronomi memiliki signifikansi besar dalam kalender Islam. Proses pengamatan hilal tidak hanya melibatkan teknologi modern tetapi juga tradisi lama yang dipraktikkan selama berabad-abad. Pengumuman ini menggarisbawahi pentingnya kerja sama antara ilmuwan dan lembaga agama untuk memastikan keakuratan informasi.
Penggunaan observatorium canggih membawa perubahan baru dalam proses penetapan bulan Syawal. Pada kesempatan kali ini, Observatorium Sudair mencatat pengamatan akurat tentang hilal, yang mendukung keputusan resmi Arab Saudi mengenai Idulfitri tahun 2025. Dengan adanya data teknis seperti waktu terbenam matahari dan hilal, hasil pengamatan dapat diverifikasi secara ilmiah.
Abdullah al-Khudairi, seorang ahli astronomi dari Observatorium Sudair, memberikan penjelasan rinci tentang fenomena ini. Ia menjelaskan bahwa matahari terbenam tepat pada pukul 18.12 waktu lokal, sementara hilal sendiri terlihat delapan menit kemudian. Pengamatan ini menunjukkan bahwa hilal cukup jelas terlihat, memenuhi kriteria syar'i dalam sistem penanggalan Islam. Integrasi teknologi pengamatan dengan prinsip-prinsip tradisional membuat proses ini lebih efektif dan andal. Observatorium Sudair dan Tamir menjadi pusat penting dalam pengambilan keputusan tersebut.
Teknologi modern tidak hanya digunakan sebagai alat bantu, tetapi juga memperkuat hubungan antara tradisi agama dan ilmu pengetahuan. Penetapan hari raya Idulfitri di Arab Saudi menggabungkan metode pengamatan langsung dengan analisis data astronomi. Ini mencerminkan pentingnya sinergi antara kedua pendekatan ini dalam masyarakat kontemporer.
Selain itu, penggunaan observatorium dan teknologi lainnya menunjukkan bagaimana nilai-nilai tradisional bisa diperbarui tanpa menghilangkan esensinya. Proses ini melibatkan kerja sama erat antara para astronom dan otoritas agama, memastikan bahwa keputusan yang diambil sesuai dengan norma-norma agama serta standar ilmiah modern. Dengan demikian, pencapaian ini menjadi simbol harmoni antara warisan masa lalu dan inovasi masa depan. Dalam praktiknya, pengamatan hilal bukan hanya soal astronomi, tetapi juga sebuah ritual spiritual yang melibatkan komunitas secara luas.