Situasi demografi di negara tirai bambu sedang mengalami perubahan signifikan. Dalam beberapa dekade terakhir, China telah melihat penurunan drastis dalam jumlah pasangan yang menikah. Tahun ini mencatat jumlah pernikahan terendah sejak empat puluh tahun lalu. Faktor-faktor sosial dan ekonomi berkontribusi pada tren ini, mempengaruhi keputusan generasi muda untuk menunda atau bahkan menghindari ikatan pernikahan.
Angka-angka resmi menunjukkan bahwa hanya sekitar 6,1 juta pasangan yang memutuskan untuk menikah pada tahun 2024, mengalami penurunan hampir sepertiga dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meski demikian, jumlah perceraian meningkat sedikit, mencapai lebih dari 2,8 juta kasus. Para analis menyatakan bahwa penurunan tajam dalam pernikahan ini merupakan indikator kuat akan penurunan angka kelahiran di masa mendatang. Situasi ini semakin diperparah oleh rendahnya tingkat kelahiran yang sudah menjadi masalah kronis, dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah wanita usia subur dan pergeseran gaya hidup masyarakat urban.
Demi merespons tantangan demografi ini, pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk mendorong pertumbuhan populasi. Namun, upaya tersebut tampaknya belum cukup efektif. Meskipun ada kenaikan sedikit dalam jumlah kelahiran pada tahun 2024, para ahli percaya bahwa ini hanya fenomena sementara terkait tahun zodiak Naga yang dipercaya membawa keberuntungan. Untuk tahun-tahun mendatang, proyeksi menunjukkan kemungkinan besar akan kembali terjadi penurunan.
Tantangan demografi ini tidak hanya mempengaruhi struktur keluarga, tetapi juga memiliki dampak luas pada ekonomi dan sosial. Menyusutnya tenaga kerja dan masyarakat yang semakin menua dapat menciptakan beban berat bagi sistem kesehatan dan jaminan sosial. Oleh karena itu, solusi inovatif dan pendekatan holistik sangat diperlukan untuk mengatasi isu-isu ini, guna memastikan keseimbangan antara pertumbuhan populasi dan kualitas hidup masyarakat.