Pertemuan antara Saul Canelo Alvarez dan Terence Crawford telah memicu berbagai reaksi dari kalangan pecinta tinju. Pelatih Abel Sanchez menyoroti ketidaksesuaian fisik keduanya, menganggap laga ini sebagai "pertarungan sirkus" yang lebih menekankan pada hiburan daripada prestasi olahraga. Menurutnya, Crawford, yang memiliki postur tubuh lebih kecil, akan kesulitan melawan Alvarez di kelas menengah super pada September mendatang. Sanchez memperkirakan bahwa meskipun petinju asal Nebraska tersebut dapat tampil kompetitif di awal, dominasi Alvarez dalam hal ukuran dan kekuatan akan menjadi faktor penentu. Banyak pihak juga mempertanyakan motivasi Crawford untuk naik kelas demi pertarungan ini.
Dalam suasana musim gugur yang mulai terasa, dunia tinju dipanaskan oleh kemungkinan adu kuat antara Saul Canelo Alvarez dan Terence Crawford pada bulan September. Dari sudut pandang pelatih Abel Sanchez, pertarungan ini tidak hanya diragukan atas dasar perbedaan signifikan dalam ukuran tubuh kedua petinju, tetapi juga soal strategi dan nilai olahraga itu sendiri. Crawford, dengan rekam jejak impresif 41-0, diperkirakan akan menghadapi tantangan besar saat bertemu Alvarez, juara WBA, WBC, dan WBO di kelas menengah super.
Menurut Sanchez, petinju berjuluk "Bud" ini mungkin bisa bersaing di ronde awal berkat kecepatan tangannya. Namun, seiring berjalannya waktu, Alvarez, yang lebih besar dan kuat, akan secara bertahap meruntuhkan pertahanan lawannya. Sanchez bahkan memprediksi bahwa pertandingan ini berpotensi berakhir dengan kemenangan KO bagi Alvarez di ronde sembilan hingga dua belas.
Kontroversi lain muncul dari fokus Crawford terhadap uang dibandingkan warisan olahraga. Sebagai alternatif, ia disarankan untuk bertanding melawan petinju-petinju seperti David Benavidez atau Osleys Iglesias dalam upaya untuk membuktikan kualitasnya secara lebih autentik. Namun, nampaknya ia lebih tertarik pada bayaran besar daripada risiko nyata yang mungkin membawa dampak positif bagi karirnya.
Sebagai tambahan, usia Crawford yang sudah mendekati 40 tahun menjadi faktor lain yang memperburuk situasi. Setelah masa pensiun singkat, ia kembali ke arena tinju dengan kondisi fisik yang dipertanyakan. Beberapa analis menyebutkan bahwa jika ini benar-benar tentang warisan, ia seharusnya mencari lawan-lawan yang lebih sesuai di kelas berat ringan.
Terlepas dari spekulasi tersebut, banyak penggemar tetap antusias untuk menyaksikan bagaimana salah satu pertarungan paling dinantikan dalam dekade ini akan berlangsung.
Sebagai jurnalis yang meliput dunia tinju, saya merasa bahwa pertarungan ini memberikan refleksi penting tentang arah olahraga tinju modern. Apakah ini sekadar pencarian keuntungan finansial atau sebuah langkah strategis untuk meningkatkan popularitas? Jawaban dari pertanyaan ini bisa menjadi indikator bagaimana atlet-atlet top menjaga integritas mereka dalam kancah profesional. Dengan harapan bahwa setiap pertandingan, termasuk potensial Canelo vs Crawford, tetap mengedepankan semangat sportivitas dan keunggulan teknis.