Di Indonesia, banyak orang memilih gorengan sebagai pilihan populer untuk berbuka puasa. Menu seperti bakwan, pisang goreng, dan tahu isi menjadi favorit. Meskipun hal ini sah-sah saja, konsumsi berlebihan dapat membawa risiko kesehatan yang serius. Artikel ini menjelaskan dampak negatif dari mengonsumsi terlalu banyak gorengan saat berbuka puasa, termasuk obesitas, kanker, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.
Gorengan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia sebagai menu berbuka puasa. Namun, dokter spesialis gizi klinik menyatakan bahwa makanan hasil penggorengan cenderung memiliki kalori dan lemak yang tinggi. Proses penggorengan membuat makanan menyerap minyak dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan kadar lemaknya. Misalnya, 100 gram kentang panggang hanya mengandung 93 kalori dan 0,13 gram lemak, sementara 100 gram kentang goreng memiliki 312 kalori dan 15 gram lemak. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko obesitas, yang bisa berlanjut ke masalah kesehatan lainnya seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes.
Makanan yang digoreng juga berisiko tinggi menghasilkan zat akrilamida, sebuah senyawa berbahaya yang timbul ketika makanan digoreng dalam suhu tinggi. Zat ini merupakan hasil reaksi kimia antara gula dan asam amino tertentu, dan diketahui dapat menyebabkan kanker. Selain itu, gorengan juga dikenal memiliki kadar lemak jenuh dan trans yang tinggi, yang dapat memicu peningkatan tekanan darah dan penyumbatan pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung.
Penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi gorengan secara rutin berkaitan erat dengan risiko pengembangan diabetes tipe 2. Orang yang mengonsumsi gorengan empat hingga enam kali seminggu memiliki risiko 39% lebih tinggi, dan jika dimakan lebih dari tujuh kali seminggu, risikonya naik hingga 55%. Resistensi insulin yang disebabkan oleh pola makan tidak sehat ini dapat berujung pada diabetes tipe 2.
Berdasarkan temuan tersebut, ahli gizi merekomendasikan untuk mengubah pola makan dengan memilih alternatif yang lebih sehat. Makanan seperti kurma, jus buah, dan air mineral menjadi pilihan yang lebih baik untuk berbuka puasa. Selain itu, metode memasak seperti merebus, mengukus, atau memanggang dapat menjadi alternatif yang lebih sehat dibandingkan dengan menggoreng. Dengan demikian, masyarakat dapat menikmati berbuka puasa tanpa khawatir tentang dampak negatif bagi kesehatan.