Sebuah tonggak baru telah tercapai dalam dunia perfilman animasi Indonesia. Dengan jumlah penonton yang mencapai lebih dari 3,2 juta, film Jumbo berhasil menyalip Moana 2 sebagai film animasi terlaris kedua di tanah air. Angka ini menjadi bukti nyata bahwa karya lokal mampu bersaing dan mendapatkan tempat istimewa di hati masyarakat. Produser Visinema, Angga Dwimas Sasongko, menyampaikan rasa syukur sekaligus makna mendalam di balik capaian tersebut melalui unggahan di akun Instagramnya.
Bagi Angga, angka 3 juta lebih dari sekadar statistik. Ini adalah representasi kebersamaan dan penghubung emosional antara penonton dengan cerita yang berasal dari budaya setempat. Ia percaya bahwa pencapaian ini menggambarkan betapa pentingnya bagi masyarakat untuk merasakan koneksi melalui narasi-narasi asli yang tumbuh dari tanah air sendiri.
Dengan meraih lebih dari 3,2 juta penonton, film animasi Jumbo sukses mencatatkan namanya sebagai salah satu karya terlaris di Indonesia. Pencapaian ini menunjukkan bahwa animasi buatan negeri memiliki daya tarik yang kuat dan mampu bersaing dengan film-film internasional. Melampaui Moana 2, yang hanya mendulang 3,1 juta penonton, Jumbo membuktikan bahwa kualitas produksi lokal semakin diperhitungkan.
Tidak mudah bagi sebuah film animasi lokal untuk menembus pasar yang kompetitif. Namun, Jumbo mampu melakukannya dengan cara yang luar biasa. Kesuksesan ini tidak hanya didasarkan pada efek visual yang memukau, tetapi juga pada cerita yang kuat dan relevan dengan nilai-nilai lokal. Penonton merasa terhubung secara emosional karena mereka dapat melihat diri mereka dalam karakter-karakter yang hidup di layar. Hal ini menjadikan Jumbo lebih dari sekadar hiburan; ia adalah simbol kebanggaan nasional.
Di balik angka-angka kesuksesan Jumbo, terdapat makna yang lebih mendalam. Bagi produser Angga Dwimas Sasongko, jumlah penonton bukanlah sekadar angka. Ia menganggap setiap pasang mata yang menonton film tersebut sebagai bentuk solidaritas kolektif. Kehadiran Jumbo di bioskop-bioskop adalah ajang pembuktian bahwa cerita-cerita lokal bisa menjadi penghubung emosi yang kuat.
Sasongko menegaskan bahwa film ini bukan hanya tentang genre animasi. Lebih dari itu, Jumbo adalah wujud cinta dan kerinduan terhadap narasi-narasi yang lahir dari akar budaya bangsa. Melalui sinema, masyarakat diajak untuk merasakan kebersamaan dalam ruang gelap teater. Narasi yang dikemas dalam film ini mengajak penonton untuk merenungkan identitas mereka sebagai bagian dari tradisi yang sama. Inilah yang membuat Jumbo begitu berarti—sebagai cerminan kehidupan dan keberagaman budaya Indonesia yang dirayakan melalui medium visual yang modern dan inovatif.