Pencapaian teknologi pertahanan udara menjadi sorotan dalam konflik Yaman. Kelompok Houthi, yang berkuasa di bagian utara Yaman, berhasil mengamankan pencapaian besar dengan menembak jatuh drone milik Amerika Serikat. Menurut juru bicara militer mereka, Yahya Saree, keberhasilan ini terjadi saat drone MQ-9 Reaper sedang menjalankan misi pengintaian di atas wilayah Ma’rib. Rudal buatan lokal diklaim sebagai alat yang sukses digunakan untuk menetralisir ancaman tersebut.

Keberhasilan ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam kapasitas pertahanan udara Yaman. Sejak beberapa tahun terakhir, total enam belas drone musuh telah berhasil ditembak jatuh oleh pasukan Houthi. Biaya produksi satu unit drone Reaper mencapai angka fantastis sekitar USD56,5 juta. Di balik klaim rudal buatan sendiri, diduga ada bantuan teknologi dari Iran serta pemodifikasian sistem senjata kuno. Contohnya adalah Burkan-2H, hasil adaptasi rudal Scud-B era Soviet, yang memiliki performa lebih baik setelah perbaikan teknis.

Kemampuan inovasi militer menjadi aset penting bagi kelompok yang menghadapi tantangan besar secara global. Pengembangan rudal balistik dan jelajah seperti Quds-1, Quds-2, hingga Burkan-3 mencerminkan upaya serius untuk meningkatkan perlindungan diri melalui teknologi modern. Meskipun kontroversial, pencapaian ini membuktikan bahwa inovasi lokal dapat menjadi jawaban atas tekanan internasional. Semangat kreativitas dan kerja keras dalam situasi sulit patut dijadikan inspirasi bagi banyak pihak untuk terus berkembang dalam kondisi apa pun.