Pembagian warisan aktris terkenal asal Taiwan, Barbie Hsu, telah menjadi perhatian publik. Menurut hukum yang berlaku di negara tersebut, suami almarhum, DJ Koo, akan menerima sepertiga dari total kekayaan senilai sekitar 1,3 triliun rupiah. Sementara dua pertiga sisanya akan dibagi rata antara kedua anaknya. Namun, karena keduanya masih di bawah umur, pengelolaan aset tersebut akan diawasi oleh ayah kandung mereka hingga mencapai usia dewasa. Meskipun DJ Koo berniat mentransfer bagian warisannya kepada ibu almarhum, para ahli hukum menegaskan bahwa hak ini bersifat pribadi dan tidak dapat dipindahtangankan.

Pembagian Warisan Barbie Hsu: Perspektif Hukum dan Keluarga

Pada tanggal 3 Maret lalu, media-media di Taiwan melaporkan bahwa kekayaan mendiang aktris Barbie Hsu, yang diperkirakan mencapai 600 juta yuan atau setara dengan 1,3 triliun rupiah, akan dibagi sesuai dengan aturan hukum waris di Taiwan. Suaminya, DJ Koo Jun-yup, berhak atas sepertiga dari total aset tersebut, sementara dua pertiga sisanya akan dibagi rata antara putri berusia 10 tahun dan putra berusia 8 tahunnya.

Karena kedua anak tersebut masih di bawah umur, pengelolaan warisan dan perwalian mereka akan diawasi oleh Wang Xiaofei, mantan suami Barbie Hsu dan ayah kandung kedua anak tersebut. Pengawasan ini akan berlangsung hingga kedua anak tersebut mencapai usia dewasa.

Bulan lalu, DJ Koo mengungkapkan niatnya untuk memberikan bagian warisannya kepada ibu mertua, sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi almarhum dalam melindungi keluarganya. Namun, para ahli hukum menjelaskan bahwa hak waris bersifat pribadi dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Jika DJ Koo memilih untuk melepaskan hak warisnya secara resmi, seluruh kekayaan Barbie Hsu akan diwariskan langsung kepada kedua anaknya.

Sepanjang karirnya, Barbie Hsu dikenal sebagai salah satu artis terkenal di Asia Tenggara. Debutnya dimulai pada tahun 1994 sebagai anggota grup SOS, namun popularitasnya meroket setelah membintangi serial populer "Meteor Garden". Sayangnya, dunia hiburan kehilangan sosoknya pada 2 Februari lalu ketika ia meninggal dunia di Jepang akibat pneumonia terkait flu.

Dengan meninggalkan seorang suami dan dua orang anak, pembagian warisan ini menjadi isu penting bagi keluarga dan masyarakat luas. Meski demikian, proses hukum tetap harus dijalani sesuai dengan aturan yang berlaku.

Sebagai penulis, saya melihat bahwa kasus ini mengingatkan kita akan pentingnya perencanaan warisan yang matang. Terlepas dari situasi emosional yang sulit, hukum tetap harus dipatuhi demi keadilan dan kesejahteraan semua pihak yang terlibat. Kasus ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya mempersiapkan segala hal dengan baik, termasuk aspek finansial, agar masa depan keluarga tetap terjamin meski dalam situasi yang tak terduga.