Pada era modern ini, Gunung Everest tetap menjadi destinasi impian bagi para petualang dari berbagai penjuru dunia. Meskipun dikenal dengan pemandangan spektakuler yang memukau, gunung tertinggi di dunia ini juga menyimpan kisah-kisah tragis yang menggugah hati. Ribuan pendaki telah mencoba menaklukkan puncaknya, namun tak sedikit yang harus kehilangan nyawa dalam proses tersebut. Sampai Desember 2024, lebih dari 335 orang telah tewas di Everest, menjadikannya sebagai zona kematian terbesar di planet ini.
Berlokasi di perbatasan Nepal dan Tibet, Cina, Gunung Everest telah lama menjadi simbol tantangan akhir bagi para petualang sejati. Namun, dibalik keindahan alam yang mempesona, tersembunyi realitas pahit yang jarang diketahui publik. Para pendaki sering kali menemukan mayat-mayat yang tergeletak di jalur pendakian, menjadi saksi bisu atas risiko besar yang dihadapi setiap langkah menuju puncak. Dalam kondisi cuaca ekstrem dan medan yang sulit, membawa jenazah turun bukanlah hal mudah; biaya bisa mencapai hingga Rp1 miliar dan prosesnya sangat berbahaya. Cerita tentang "Sepatu Boots Hijau", seorang korban yang ditemukan di gua dekat puncak, menjadi legenda yang masih diceritakan hingga kini.
Dari perspektif seorang wartawan, cerita ini mengingatkan kita akan harga yang harus dibayar untuk mewujudkan mimpi. Di balik setiap pencapaian besar, ada pengorbanan yang tidak ternilai. Kita diajak untuk merenungkan pentingnya mempertimbangkan risiko dan dampak dari setiap keputusan yang diambil, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Semoga kisah ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi generasi mendatang.