Pada tahun 2025, Festival Film Internasional Bali (Balinale) akan kembali digelar dengan lokasi baru yang lebih strategis dan program yang semakin menarik. Acara ke-18 ini berlangsung selama satu minggu penuh, dari 1 hingga 7 Juni 2025, di Icon Bali Mall, Sanur. Perubahan venue ini bertujuan untuk mempromosikan Sanur sebagai destinasi budaya internasional sekaligus memberikan pengalaman unik bagi para pencinta film. Deborah Gabinetti, pendiri sekaligus direktur festival, menyatakan bahwa Balinale ingin menyoroti potensi besar Sanur dalam kancah global. Dengan dukungan mitra resmi serta reputasi sebagai salah satu Oscar® Qualifying Film Festival di Indonesia, acara ini diprediksi akan menjadi ajang pertukaran seni dan budaya lintas negara.

Perhelatan Besar di Tengah Kehidupan Budaya Sanur

Di tengah panorama alam yang memikat, Balinale 2025 memilih Sanur sebagai panggung utamanya. Lokasi baru di Icon Bali Mall dirancang untuk memberikan suasana modern namun tetap menjaga esensi budaya lokal. Festival ini akan menampilkan berbagai genre film, mulai dari fiksi, dokumenter, film panjang hingga pendek, baik dari Indonesia maupun luar negeri. Pengunjung dapat menikmati serangkaian program spesial yang akan diumumkan secara resmi pada 10 Mei 2025. Perubahan lokasi ini diharapkan bisa menghadirkan kesempatan baru bagi komunitas film lokal untuk berinteraksi langsung dengan industri internasional.

Dalam rentang waktu tujuh hari, Balinale tidak hanya menjadi ajang penayangan film saja, tetapi juga forum diskusi dan kolaborasi antar sineas. Penonton akan diajak untuk merasakan keindahan cerita melalui lensa kamera dari berbagai sudut dunia. Selain itu, acara ini juga mendukung pertumbuhan industri kreatif nasional dengan menampilkan karya-karya terbaik anak bangsa.

Dari perspektif jurnalis, Balinale 2025 membuktikan bahwa festival bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga medium penting untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya kepada dunia. Pemilihan Sanur sebagai tempat baru sangat strategis karena wilayah tersebut memiliki pesona alam yang mampu meningkatkan daya tarik pariwisata lokal. Bagi pembaca, ini adalah peluang besar untuk melihat bagaimana seni visual dapat menjadi jembatan antarnegara dalam menciptakan dialog yang harmonis.