Gempa bumi besar yang mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025) telah menimbulkan kerusakan signifikan di wilayah sekitarnya, termasuk runtuhnya bangunan di Bangkok, Thailand. Penyebab utama gempa ini adalah aktivitas Sesar Sagaing, salah satu zona tektonik paling aktif di kawasan tersebut. Gempa dengan magnitudo M7,9 ini terjadi akibat pergeseran tektonik yang membentang hingga 1.200 kilometer melintasi beberapa kota besar Myanmar.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa Sesar Sagaing memiliki potensi tinggi untuk memicu gempa besar karena mekanisme gesernya yang signifikan. Sejarah mencatat serangkaian gempa dahsyat yang terjadi di wilayah ini sejak tahun 1931 hingga 2025, menunjukkan pola aktivitas tektonik yang berkelanjutan dan risiko yang besar bagi penduduk setempat.
Sesar Sagaing menjadi pusat perhatian sebagai salah satu sumber utama gempa di wilayah Asia Tenggara. Aktivitas tektonik yang sangat signifikan dari sesar ini telah menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur dalam sejarahnya. Dengan pergeseran laju sekitar 18-22 mm per tahun, Sesar Sagaing memiliki kemampuan untuk memicu gempa-gempa besar yang dapat merusak kota-kota besar di Myanmar seperti Mandalay, Naypyidaw, dan Yangon.
Berdasarkan analisis geologi, Sesar Sagaing merupakan bagian integral dari sistem batas antara Lempeng India dan Lempeng Sunda. Hal ini menjadikannya salah satu area dengan aktivitas seismik tertinggi di dunia. Selain itu, catatan historis menunjukkan bahwa sesar ini telah memicu serangkaian gempa besar sejak awal abad ke-20. Misalnya, gempa pada tahun 1931 (M7,5), 1946 (M7,3 dan M7,7), serta gempa terbaru pada 2025 (M7,7) menegaskan betapa kuatnya dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas sesar ini. Risiko ini tidak hanya terbatas pada wilayah Myanmar saja tetapi juga mempengaruhi negara-negara tetangga seperti Thailand.
Gempa berkekuatan M7,9 yang terjadi pada bulan Maret 2025 telah menunjukkan betapa luasnya pengaruh aktivitas tektonik di wilayah ini. Salah satu dampak langsungnya adalah runtuhnya bangunan di Bangkok, Thailand, yang berada jauh dari pusat gempa. Hal ini menunjukkan bahwa gelombang gempa dapat menyebar hingga ribuan kilometer, mengancam keselamatan masyarakat di wilayah yang lebih luas.
Analisis BMKG menunjukkan bahwa episenter gempa terletak di koordinat 21,76° LU; 95,83° BT dengan kedalaman dangkal hanya 10 km. Kedalaman ini memperbesar intensitas getaran yang dirasakan di permukaan tanah. Gempa ini bukanlah insiden pertama yang menimbulkan kerusakan signifikan di wilayah sekitarnya. Historisnya, Myanmar telah menjadi lokasi gempa-gempa besar yang mengakibatkan kerugian material dan korban jiwa. Contohnya, gempa pada tahun 2012 (M6,8) yang merusak sejumlah bangunan penting di wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemantauan dan mitigasi risiko gempa di wilayah ini sangat penting untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana alam di masa depan.