Erupsi besar Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menimbulkan efek signifikan terhadap operasi penerbangan di beberapa bandara regional. Lebih dari 2.000 penumpang mengalami pembatalan penerbangan akibat abu vulkanik yang tersebar luas. Selain Bandara Internasional Komodo di Labuan Bajo, gangguan juga dirasakan di bandara-bandara lainnya seperti di Bali, Lombok, dan Maumere.
Kondisi ini menyebabkan status gunung naik ke Level IV (Awas) setelah kolom abu mencapai ketinggian hingga 10 kilometer. Aktivitas vulkanik tersebut menjadi perhatian serius bagi otoritas penerbangan dan masyarakat umum di wilayah sekitar.
Dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki sangat dirasakan oleh ribuan penumpang yang berencana bepergian melalui Bandara Internasional Komodo. Total 2.166 orang tidak dapat melanjutkan rencana perjalanan mereka, baik untuk kedatangan maupun keberangkatan. Situasi ini disebabkan oleh bahaya langsung dari abu vulkanik yang dapat merusak mesin pesawat dan mengganggu visibilitas pilot.
Selama periode pagi hingga sore, banyak penerbangan dihentikan sementara sebagai tindakan pencegahan. Menurut Kepala UPBU Komodo Ceppy Triono, jumlah penumpang yang terdampak mencakup 1.035 orang yang gagal tiba dan 1.131 orang yang harus menunda keberangkatan. Gangguan ini tidak hanya memengaruhi jalur udara lokal, tetapi juga lintas pulau, dengan dampak yang dirasakan hingga ke Pulau Bali dan Lombok.
Meskipun upaya mitigasi telah dilakukan oleh petugas bandara, tantangan logistik tetap menjadi kendala utama dalam mengatasi situasi darurat ini. Penumpang yang terjebak diharuskan menunggu informasi lebih lanjut atau mencari alternatif transportasi lain, meski opsi tersebut terbatas.
Abu vulkanik yang tersebar luas menjadi faktor utama dalam keputusan pembatalan penerbangan. Ini merupakan langkah yang diambil demi keselamatan semua pihak terlibat, termasuk awak kabin, penumpang, serta personel bandara. Keadaan ini juga menunjukkan pentingnya koordinasi antara pusat pemantauan gunung api dan layanan navigasi udara nasional.
Gunung Lewotobi Laki-laki mencatat letusan spektakuler pada hari Selasa, melepaskan kolom abu tinggi hingga 10 kilometer di atas permukaan tanah. Fenomena alam ini menjadi salah satu erupsi terbesar dalam dua tahun terakhir, sehingga memicu kenaikan status gunung dari Siaga (Level III) ke Awas (Level IV). Langkah ini diambil sebagai respons terhadap potensi ancaman yang lebih besar bagi penduduk sekitar dan lingkungan sekitarnya.
Peningkatan status ini memberikan sinyal kepada masyarakat agar lebih waspada akan risiko tambahan yang mungkin timbul dari aktivitas gunung api tersebut. Otoritas setempat menyarankan warga untuk tetap berada di luar radius aman yang telah ditetapkan dan menghindari area yang rentan terkena lahar panas atau material vulkanik lainnya.
Bukan hanya penerbangan saja yang terpengaruh, tetapi juga kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitar gunung. Mereka diminta untuk mengenakan masker dan menjaga kesehatan mata serta pernapasan akibat paparan partikel halus dari abu vulkanik. Upaya mitigasi bencana terus diperkuat melalui koordinasi lintas sektor guna memastikan keselamatan dan ketertiban di wilayah tersebut.
Status Level IV (Awas) menandakan bahwa aktivitas vulkanik sedang meningkat secara signifikan, dengan potensi letusan lebih besar yang bisa terjadi kapan saja. Hal ini membuat otoritas terkait harus selalu siap dengan skenario darurat, termasuk pengungsian massal jika kondisi semakin memburuk. Informasi terbaru terus dipantau oleh pusat pemantau gunung api untuk memberikan panduan yang tepat kepada publik.