Dua negara tetangga di Asia Selatan, India dan Pakistan, telah lama menjadi pusat perhatian dalam hal politik dan militer dunia. Dengan sejarah yang penuh ketegangan, keduanya tercatat sebagai pemilik senjata nuklir. Baru-baru ini, sebuah laporan mengungkapkan bahwa India berhasil melampaui Pakistan dalam jumlah hulu ledak nuklir. Ini menandai perubahan signifikan setelah lebih dari dua dekade dominasi oleh Pakistan. Selain itu, teknologi peluncuran senjata nuklir India juga lebih maju dengan kapabilitas tiga matra.
Pada musim gugur yang berwarna keemasan, hubungan antara India dan Pakistan kembali menjadi sorotan karena isu kekuatan nuklir mereka. Menurut Federasi Ilmuwan Amerika (FAS), India saat ini memiliki sekitar 180 hulu ledak nuklir, sedangkan Pakistan diperkirakan hanya memiliki 170. Angka ini menunjukkan pertama kalinya dalam lebih dari dua puluh tahun bahwa India unggul dalam jumlah persediaan senjata nuklir.
Tidak hanya soal jumlah, India juga unggul dalam teknologi peluncuran senjata nuklir. Negara tersebut mampu meluncurkan serangan nuklir dari darat, laut, dan udara. Salah satu contohnya adalah rudal balistik Agni-V, yang memiliki jangkauan lebih dari lima ribu kilometer. Sebaliknya, Pakistan masih fokus pada sistem peluncuran darat meskipun terus berupaya memperluas kemampuan maritimnya.
Dari sudut pandang geopolitik, pergeseran ini mencerminkan kompetisi militer yang semakin intens antara kedua negara. Laporan dari Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) tahun 2024 memprediksi tren ini akan terus berkembang.
Sebagai seorang wartawan, saya merasa bahwa situasi ini harus diwaspadai secara global. Peningkatan kekuatan nuklir tidak hanya meningkatkan risiko konflik regional, tetapi juga dapat mempengaruhi stabilitas internasional. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk mendorong dialog damai guna menghindari eskalasi yang tidak diinginkan. Dunia perlu belajar dari sejarah bahwa kekuatan militer saja tidak cukup untuk menjaga perdamaian abadi.