Pemain sepak bola asal Brasil, Ciro Alves, yang telah lama berkiprah di Indonesia, mengungkapkan keinginannya untuk menetap dan membela tim nasional negara ini. Namun, regulasi FIFA serta faktor usia menjadi penghalang besar bagi mimpinya tersebut. Meskipun ia dan keluarganya menunjukkan komitmen kuat untuk tinggal di Indonesia, syarat ketat dalam perpindahan kewarganegaraan membuat proses naturalisasi menjadi sulit. Tanpa memenuhi persyaratan FIFA, kemungkinan Ciro bermain untuk Timnas Indonesia hampir mustahil.
Dalam perkembangan terbaru di dunia sepak bola Indonesia, striker asal Brasil, Ciro Alves, menghadapi tantangan besar dalam upayanya untuk membela Timnas Indonesia. Berdasarkan Pasal 7 Statuta FIFA, seorang pemain harus menetap secara terus-menerus selama lima tahun di negara baru setelah berusia 18 tahun tanpa jeda apapun. Dalam kasus Ciro, kunjungan singkatnya ke Brasil pada Mei 2022 akibat pandemi membuat hitungan waktu tinggalnya harus dimulai dari awal. Akibatnya, ia baru akan memenuhi syarat FIFA pada tahun 2027, saat usianya mencapai 38 tahun—usia yang sangat mendekati masa pensiun bagi seorang atlet profesional.
Selain itu, jalur alternatif melalui tinggal sepuluh tahun berturut-turut di Indonesia juga tidak memberikan solusi signifikan. Faktor usia kembali menjadi kendala utama, karena ketika proses naturalisasi selesai, Ciro mungkin sudah tidak lagi aktif di level tertinggi sepak bola.
Istri Ciro, Maria Eduarda Mondadori, juga menegaskan niat mereka untuk menjalani hidup jangka panjang di Indonesia. Melalui sebuah siaran langsung di TikTok, Maria menyatakan bahwa keluarga mereka ingin membeli rumah, membuka bisnis, dan benar-benar menetap di Indonesia. Meski demikian, regulasi FIFA tetap tidak fleksibel, sehingga meskipun Ciro resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), status itu belum cukup untuk memperbolehkannya membela Timnas Indonesia.
Secara legal, peluang Ciro Alves bermain untuk Timnas Indonesia sangat tipis. Meskipun semangat dan dedikasinya terhadap Indonesia patut diapresiasi, waktu yang tidak bersahabat dan aturan FIFA yang tegas membuat mimpi tersebut nyaris mustahil terwujud.
Dari sudut pandang seorang pembaca, cerita Ciro Alves mengingatkan kita tentang kompleksitas hubungan antara aturan global dan aspirasi individu. Kasus ini menunjukkan bahwa meskipun ada semangat besar untuk berkontribusi kepada suatu negara, sering kali faktor teknis seperti regulasi internasional dapat menjadi penghalang. Hal ini juga mengajarkan kita pentingnya memahami dengan baik aturan-aturan yang berlaku sebelum mengambil langkah besar dalam karier atau kehidupan pribadi. Semoga saja, di masa depan, regulasi FIFA dapat lebih fleksibel dalam mendukung para pemain yang memiliki komitmen kuat terhadap negara barunya.