Sebuah wawancara mengungkap visi di balik film Qodrat yang berusaha menonjol dari arus mainstream. Melalui kemasan horor, film ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep pahlawan lokal yang sederhana namun kuat secara spiritual. Berbeda dari superhero modern yang sering kali mengandalkan kekuatan fisik atau teknologi canggih, Qodrat menawarkan narasi tentang kekuatan iman dan doa sebagai inti cerita.
Dalam era di mana genre horor mendominasi layar lebar, film Qodrat mencoba tampil beda. Di tengah popularitas horor viral dan cerita berbasis kenyataan, sineas di balik film ini berupaya menghadirkan sesuatu yang lebih dalam. Dengan latar belakang budaya Indonesia, film ini menyoroti sosok pahlawan yang kekuatannya berasal dari nilai-nilai spiritualitas asli tanah air. Tidak ada kostum rumit atau efek mutasi; kekuatan utama tokoh sentral datang langsung dari hubungan harmonis dengan Tuhan melalui doa dan iman.
Di momen senja industri perfilman lokal yang semakin berani bereksperimen, film ini hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan cerita yang tidak hanya menghibur tetapi juga membawa pesan mendalam.
Menurut sang pencipta, inilah saatnya bagi masyarakat Indonesia untuk kembali mengapresiasi warisan budaya yang telah lama terlupakan.
Dari sudut pandang seorang jurnalis, film Qodrat bukan sekadar hiburan, tetapi juga sebuah perjalanan emosional yang mengajak penonton merenung tentang arti sebenarnya dari kekuatan. Ini menunjukkan bahwa pahlawan besar tidak selalu datang dalam bentuk fisik yang luar biasa, tetapi bisa saja ditemukan dalam keyakinan yang kokoh dan nilai-nilai tradisional yang masih relevan hingga hari ini. Film ini menginspirasi kita untuk menghargai akar budaya sendiri sebagai sumber kekuatan nyata.