Orang kidal telah lama menarik perhatian dunia ilmiah. Fenomena ini melibatkan berbagai faktor biologis dan lingkungan yang kompleks.
Pengamatan awal tentang kebiasaan menggunakan tangan kiri atau kanan sering kali muncul sejak masa kanak-kanak. Penelitian menunjukkan bahwa preferensi tangan dapat dipengaruhi oleh otak yang berkembang saat janin masih dalam kandungan. Otak kanan yang dominan pada anak kidal menjadi salah satu penjelasan ilmiah, meskipun genetika juga berperan besar. Lebih dari itu, asimetri otak ternyata terbentuk akibat interaksi antara gen-gen tertentu yang aktif selama perkembangan janin.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi kidal membuat studi ini semakin menarik. Selain faktor genetik, beberapa kondisi lain seperti stres ibu hamil dan usia ibu yang lebih tua juga dikaitkan dengan kelahiran bayi kidal.
Kembar identik cenderung memiliki peluang lebih tinggi untuk menjadi kidal dibandingkan populasi umum. Lingkungan sosial juga turut memengaruhi penggunaan tangan. Di beberapa budaya, penggunaan tangan kiri bahkan pernah dilarang karena mitos negatif. Namun, dalam konteks modern, pemahaman akan pentingnya toleransi telah mengubah persepsi tersebut.
Sains telah membantah banyak spekulasi tidak akurat tentang penyebab kidal. Misalnya, USG atau komplikasi saat kelahiran bukanlah pemicunya. Sebaliknya, preferensi tangan sudah terlihat saat janin mengisap jempolnya di dalam rahim. Meski demikian, fenomena kidal tetap memberikan manfaat unik, seperti keuntungan strategis dalam olahraga.
Dengan memahami sains di balik fenomena kidal, kita bisa menghargai keberagaman manusia sebagai sesuatu yang alami dan positif. Dalam kehidupan modern, toleransi terhadap perbedaan harus menjadi norma, sehingga semua individu, baik kidal maupun bukan, dapat berkembang tanpa stigma.