Sebanyak 22 dari 25 pemain Timnas U-17 Indonesia berasal dari program pembinaan muda melalui kompetisi EPA Liga 1. Prestasi ini mencerminkan efektivitas sistem pengembangan bakat sepak bola di Tanah Air. Bahkan, dua pemain muda telah tampil profesional di Liga 1 musim ini, menunjukkan kesiapan mereka bersaing di level tinggi. Keberhasilan ini tak lepas dari kontribusi klub-klub peserta dalam mengasah potensi pemain junior melalui berbagai turnamen seperti Piala Soeratin, Liga 3, dan Liga 4.
Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Ferry Paulus, menyampaikan apresiasi atas pencapaian para atlet jebolan EPA. Menurutnya, pengalaman yang diperoleh di level kompetitif menjadi faktor penentu performa gemilang mereka saat dipanggil ke tim nasional. Ia juga mengajak semua klub untuk terus meningkatkan kualitas pembinaan agar lahir lebih banyak talenta berkualitas di masa mendatang.
Kompetisi EPA Liga 1 telah membuktikan diri sebagai platform penting dalam membangun fondasi bagi generasi baru pemain sepak bola Indonesia. Dengan sebagian besar skuad Timnas U-17 merupakan produk dari kompetisi ini, terlihat bahwa waktu bermain dan pengalaman bertanding di level profesional sangat berpengaruh pada perkembangan kemampuan mereka. Selain itu, beberapa pemain bahkan telah menunjukkan kematangan di kancah liga domestik.
Berkat partisipasi aktif klub-klub peserta, pemain muda mendapatkan kesempatan untuk bermain secara reguler dalam kompetisi resmi. Hal ini memberikan mereka jam terbang yang cukup untuk mengasah teknik serta mentalitas profesional. Contohnya, Muhammad Zahaby Gholy dan Dafa Al Gasemi Setiawarman tidak hanya sukses di level junior namun juga berhasil bersinar di ajang profesional. Performa cemerlang mereka melawan Korea Selatan menjadi bukti nyata betapa signifikannya peran kompetisi EPA dalam membentuk karakter dan keterampilan pemain.
Presiden PSSI, Erick Thohir, menegaskan pentingnya pendekatan sistematis dalam mengelola program pengembangan pesepak bola usia muda. Upaya ini mencakup sinergi antara federasi, klub, hingga pelatih dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Fokus utama adalah memastikan bahwa setiap tahap pengembangan dilakukan secara terstruktur dan terprogram dengan baik.
Erick menjelaskan bahwa keberhasilan Timnas U-17 saat ini merupakan hasil dari strategi jangka panjang yang telah dicanangkan oleh PSSI. Prinsip kerja keras menjadi dasar dari seluruh proses pengembangan ini. Para pemain seperti Evandra Florasta dan Muhammad Mierza Firjatullah yang lahir dari jalur pembinaan ini menjadi bukti nyata bagaimana visi tersebut dapat direalisasikan. Dengan dukungan penuh dari semua pihak terkait, harapannya Indonesia akan melihat lebih banyak talenta muda yang siap bersaing di kancah internasional di masa depan.