Seorang tokoh agama global yang dikenal dengan sikap rendah hatinya, Paus Fransiskus, telah meninggal dunia pada Senin (21/4/2025). Kematian ini terjadi akibat stroke yang kemudian memicu gagal jantung. Selama masa kepausan, dia menarik perhatian dunia karena pendekatannya kepada masyarakat kurang mampu dan kritiknya terhadap sistem kapitalisme serta isu perubahan iklim. Meskipun begitu, gaya kepemimpinannya sempat menuai kontroversi di kalangan kaum konservatif.

Kehadiran Paus Fransiskus sebagai pemimpin pertama dari Amerika Latin membawa angin segar bagi gereja katolik. Namun, hari-hari terakhirnya ditandai dengan kondisi kesehatan yang semakin melemah. Stroke yang dialaminya menjadi penyebab utama kematian tersebut, seperti yang dikonfirmasi oleh Vatikan. Sebelum insiden fatal itu, Paus harus menjalani rawat inap selama hampir satu bulan penuh akibat pneumonia ganda.

Selama masa jabatannya, Paus Fransiskus menunjukkan dedikasinya untuk menyuarakan keadilan sosial dan lingkungan hidup. Dia juga berkomitmen untuk memberikan ruang lebih besar bagi wanita dalam struktur gerejawi, seperti tercermin dalam pengangkatan Suster Raffaella Petrini sebagai salah satu pejabat tertinggi di Vatikan.

Berita kematian ini disambut dengan duka mendalam oleh umat Katolik di seluruh dunia. Salah satu momen awal peringatan adalah doa Rosario yang dipimpin oleh Kardinal Mauro Gambetti di Lapangan Santo Petrus, tempat dimana banyak orang berkumpul untuk mengenang kontribusi besar sang paus. Menurut rencana, ia akan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore dalam suasana sederhana sesuai permintaannya.

Dengan kepergiannya, gereja Katolik kini memasuki periode vakum sebelum pemilihan paus baru. Harapan besar terarah pada figur yang akan melanjutkan warisan Paus Fransiskus, yaitu seseorang yang memiliki kasih sayang serta kompetensi tinggi dalam memimpin umat.