Gaya Hidup
Penemuan Kuno: Restoran Cepat Saji Zaman Romawi di Pulau Mallorca
2025-06-12
Jakarta, CNBC Indonesia – Para arkeolog telah mengungkapkan temuan menarik yang membuktikan keberadaan restoran cepat saji pada zaman Romawi kuno. Penelitian ini dilakukan di reruntuhan sebuah kios makanan di Pulau Mallorca, memberikan wawasan baru tentang kebiasaan kuliner masa lalu.

PENEMUAN BARU MENGENAI MAKANAN ZAMAN ROMAWI YANG AKAN MENGUBAH PERSPEKTIF ANDA!

Sejarah Kuliner di Zaman Romawi Kuno

Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal International Journal of Osteoarchaeology, Alejandro Valenzuela dari Mediterranean Institute for Advanced Studies menjelaskan analisis mendalam tentang sisa-sisa tulang hewan yang ditemukan di situs kota kuno Pollentia. Kota ini didirikan setelah bangsa Romawi menaklukkan Kepulauan Balearic pada tahun 123 sebelum Masehi. Sejak awal pendiriannya, Pollentia berkembang menjadi pelabuhan aktif dengan berbagai fasilitas seperti kuil, pemakaman, dan pasar tradisional.Pollentia bukan hanya pusat perdagangan tetapi juga tempat sosial bagi masyarakat lokal. Salah satu toko yang ditemukan di situs tersebut diyakini berfungsi sebagai "popina," yaitu tempat kecil di mana orang-orang dapat berkumpul untuk menikmati makanan ringan atau minuman anggur. Temuan enam guci besar yang tertanam di meja dapur menjadi bukti penting bahwa lokasi ini memang digunakan untuk keperluan kuliner.Kehadiran popina di Pollentia menunjukkan bahwa masyarakat Romawi kuno sudah memiliki konsep serupa dengan restoran cepat saji modern. Tempat ini tidak hanya menyediakan makanan praktis tetapi juga menjadi ruang sosialisasi bagi komunitas setempat. Dengan demikian, pola hidup mereka lebih kompleks daripada yang selama ini diasumsikan oleh sejarawan.

Kontribusi Burung Anis dalam Menu Masa Lalu

Salah satu penemuan paling mencengangkan adalah dominasi tulang burung anis dalam sampah yang ditemukan di dekat lubang pembuangan kotoran berukuran 4 meter. Ini menunjukkan bahwa burung anis merupakan bagian penting dari menu makanan sehari-hari di Pollentia. Menariknya, pola kerusakan pada tulang-tulang tersebut mengindikasikan cara pengolahan khusus yang dilakukan oleh penjual makanan.Valenzuela menemukan bahwa banyak tengkorak dan tulang dada (sterna) dari burung kecil ditemukan, namun hampir tidak ada tulang lengan dan kaki atau tulang dada bagian atas. Hal ini menunjukkan bahwa bagian tubuh burung yang paling berdaging dimanfaatkan secara maksimal oleh penduduk setempat. Teknik ini kemungkinan besar dilakukan untuk mempermudah proses memasak dan penyajian makanan kepada pelanggan.Burung anis sendiri diyakini memiliki rasa yang mirip dengan burung buruan kecil lainnya seperti burung puyuh, meskipun berbeda dari ayam modern. Tradisi kuliner lokal di Mallorca saat ini masih sesekali mengonsumsi burung song thrush, yang memberikan gambaran tentang bagaimana rasanya makanan kuno tersebut. Penemuan ini menambah daftar bahan makanan yang diketahui digunakan oleh masyarakat Romawi kuno.

Metode Penyajian Makanan Zaman Dahulu

Selain mengetahui jenis bahan makanan yang digunakan, para peneliti juga berhasil merinci metode penyajian makanan di popina. Keramik pecah yang ditemukan di lubang pembuangan menunjukkan bahwa burung-burung tersebut kemungkinan disajikan di piring seperti halnya di rumah tangga biasa. Namun, mengingat ukurannya yang kecil dan konteks makanan cepat saji, sangat mungkin bahwa burung itu disajikan di tusuk seperti sate agar lebih mudah dipegang dan dikonsumsi.Teknik ini menunjukkan bahwa masyarakat Romawi kuno sudah memahami pentingnya efisiensi dalam penyajian makanan. Pendekatan mereka terhadap kuliner tidak hanya melibatkan kualitas bahan tetapi juga aspek praktis bagi konsumen. Selain itu, penggunaan alat masak seperti guci besar menunjukkan bahwa makanan dihasilkan dalam jumlah besar untuk memenuhi permintaan harian pelanggan.

Perdagangan dan Distribusi Makanan Zaman Romawi

Catatan sejarah menunjukkan bahwa pemburu Romawi menggunakan berbagai teknik seperti jaring atau perangkap lubang untuk menangkap burung liar. Hasil buruan ini kemudian dijual kepada pedagang eceran yang bertanggung jawab atas pengolahan dan distribusi makanan. Proses ini menunjukkan adanya rantai pasokan yang cukup maju di masyarakat Romawi kuno.Berdasarkan bukti temuan tulang, Valenzuela menduga bahwa burung-burung ini diproses dengan cara membuang tulang dada untuk meratakan dada burung. Teknik ini memungkinkan penjual makanan memasak burung dengan cepat baik di atas panggangan atau digoreng dalam minyak. Metode ini tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga menjaga kualitas rasa makanan.Distribusi makanan di kota-kota Romawi kuno tampaknya sudah diatur dengan baik, memastikan bahwa semua kalangan masyarakat dapat menikmati makanan dengan harga terjangkau. Hal ini menunjukkan tingkat perkembangan sosial dan ekonomi yang signifikan di era tersebut.
more stories
See more