Aktor Tika Bravani membuka cerita pribadinya tentang pengalaman sulit yang dialaminya saat masih duduk di bangku sekolah. Dalam diskusi terkait film adaptasi buku berjudul "Rumah untuk Alie," yang disutradarai oleh Herwin Novianto, Tika mengungkapkan bagaimana perundungan yang ia alami dulu sering kali dinormalisasi oleh lingkungan sekolah. Film ini sendiri telah sukses menarik perhatian penonton setelah sutradara yang sama menciptakan box office hit melalui karya sebelumnya.
Dalam acara peluncuran di Jakarta pada Jumat (11/4/2025), Tika menjelaskan bahwa perundungan yang dialaminya melibatkan bentuk verbal dan fisik. Ia juga menyoroti bagaimana sistem pendidikan pada masanya cenderung menerima adanya tindakan semacam itu sebagai bagian dari tradisi antarkelas. “Ketika kami meminta bantuan kepada guru, sering kali jawaban yang didapat adalah bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang biasa,” ujarnya dengan nada emosional.
Menurut Tika, kekerasan seperti itu tidak hanya merugikan korban secara fisik tetapi juga meninggalkan bekas psikologis yang mendalam. Hal ini menjadi salah satu alasan ia tertarik untuk bergabung dalam proyek film "Rumah untuk Alie," yang bertujuan untuk memberikan kesadaran lebih luas tentang pentingnya perlindungan bagi anak-anak di lingkungan pendidikan.
Sutradara Herwin Novianto menyatakan bahwa film ini tidak hanya bertujuan hiburan tetapi juga ingin menjadi panggilan moral kepada masyarakat. Melalui karakter-karakter yang kuat dan cerita yang sarat makna, film ini mengajak audiens untuk merenungkan kembali nilai-nilai humanitas yang kadang terabaikan di tengah rutinitas sehari-hari.
Tika Bravani berharap bahwa cerita dalam "Rumah untuk Alie" dapat menjadi awal dari perubahan signifikan dalam cara masyarakat memandang isu perundungan. Melalui pengalaman pribadinya dan narasi yang dibawakan dalam film ini, ia ingin menginspirasi generasi muda untuk berbicara dan mencari solusi atas masalah-masalah yang mereka hadapi di dunia nyata.