Legenda bulutangkis Indonesia, Tan Joe Hok, meninggalkan dunia pada hari Senin (2/6/2025). Pria yang lahir di Bandung pada 11 Agustus 1937 ini menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah olahraga bulutangkis Tanah Air. Selama kariernya, ia meraih berbagai prestasi internasional, termasuk medali emas di ajang All England dan Asian Games. Namun, di balik keberhasilannya, Tan Joe Hok juga harus menghadapi diskriminasi akibat latar belakang etnisnya. Ia kesulitan mendapatkan kewarganegaraan Indonesia sepenuhnya selama masa Orde Baru.
Pada era 1950-an, nama Tan Joe Hok bersinar terang di kancah bulutangkis global. Di tahun 1958, ia bersama tim nasional membawa pulang kehormatan dengan memenangkan Piala Thomas untuk pertama kalinya bagi Indonesia. Tak hanya itu, pada tahun 1962, ia mencatatkan namanya sebagai pebulutangkis pertama dari Indonesia yang berhasil meraih medali emas di cabang tunggal putra Asian Games serta menyumbangkan gelar serupa di kategori beregu putra. Prestasi tersebut membuatnya dikenal luas sebagai pelopor kejayaan bulutangkis Nusantara.
Kendati demikian, perjalanan hidup Tan Joe Hok tidak semulus karier olahraganya. Dalam periode awal Orde Baru, warga keturunan Tionghoa di Indonesia menghadapi tantangan besar, termasuk dirinya sendiri. Ia harus menyelesaikan proses administratif tambahan seperti Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) untuk membuktikan identitasnya sebagai WNI. Bahkan, ia sempat diminta mengubah namanya agar lebih sesuai dengan unsur budaya lokal. Meski begitu, Tan Joe Hok tetap teguh dengan keyakinannya bahwa Indonesia adalah tanah airnya hingga akhir hayatnya.
Dalam suasana yang penuh rasa hormat, kita dapat melihat betapa besar pengorbanan Tan Joe Hok. Sebagai seorang atlet, ia telah memberikan segalanya demi negara ini. Namun, sebagai manusia, ia mengajarkan kepada kita tentang pentingnya inklusi dan keadilan sosial. Kita diingatkan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk diakui atas kontribusinya, tanpa memandang latar belakang apapun. Semoga ceritanya terus menginspirasi generasi mendatang untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan saling menghormati.