Dengan tingkat mortalitas yang masih tinggi akibat keterlambatan diagnosis, inovasi baru ini membuka peluang signifikan bagi jutaan wanita di Indonesia untuk memperoleh akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan.
Data dari Kementerian Kesehatan mencatat bahwa setiap tahunnya terdapat sekitar 36.000 kasus baru kanker serviks yang terdeteksi di Indonesia. Sayangnya, mayoritas kasus tersebut baru diketahui saat sudah berada pada tahap lanjut. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi dalam skrining akibat berbagai faktor seperti kurangnya informasi, rasa tidak nyaman selama pemeriksaan, serta keterbatasan akses fasilitas kesehatan.
Selain itu, banyak wanita yang enggan melakukan skrining karena ketakutan akan proses pemeriksaan konvensional seperti Pap smear. Ketidaknyamanan ini menjadi salah satu alasan utama mengapa angka kematiannya akibat kanker serviks tetap tinggi, dengan sekitar 21.000 kematian dilaporkan pada tahun 2020.
Seiring dengan perkembangan teknologi, Dickinson and Company (BD) berhasil mengembangkan metode pengambilan sampel mandiri yang dapat dilakukan di rumah. Teknologi ini memungkinkan para wanita untuk melakukan tes HPV secara lebih nyaman dan fleksibel tanpa harus datang ke fasilitas kesehatan tradisional. Inovasi ini dinilai sebagai langkah besar dalam upaya meningkatkan tingkat skrining di Indonesia.
Berdasarkan survei BD, meskipun 92 persen wanita menyadari pentingnya deteksi dini, sebanyak 70 persen dari mereka menunda skrining karena merasa takut atau tidak nyaman. Oleh karena itu, 81 persen responden menyatakan bahwa mereka lebih memilih metode pengambilan sampel mandiri di rumah dibandingkan dengan metode konvensional.
Teknologi ini telah sukses diterapkan di beberapa negara Eropa seperti Belanda, Denmark, dan Swedia. Implementasi tersebut membantu negara-negara tersebut mendekati target skrining yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa metode pengambilan sampel mandiri memiliki potensi besar untuk meningkatkan partisipasi skrining di berbagai wilayah.
Di Indonesia sendiri, BD bekerja sama dengan Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais dan Kementerian Kesehatan untuk menargetkan skrining terhadap 8.000 wanita di berbagai daerah. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini serta memberikan akses yang lebih luas kepada para wanita yang membutuhkan.
Salah satu fitur unggulan dari teknologi ini adalah adanya extended genotyping dan sistem otomasi pra-analitik penuh. Fitur ini memungkinkan identifikasi jenis HPV secara lebih rinci dan efisien. Dengan demikian, hasil tes dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang risiko kanker serviks pada individu.
Penerapan teknologi ini diharapkan dapat membantu dokter membuat diagnosis yang lebih tepat dan merancang rencana pengobatan yang lebih efektif. Selain itu, data yang diperoleh dari hasil tes juga dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut guna meningkatkan pemahaman tentang penyakit ini dan pengembangan metode pengobatan baru.